MenaraToday.Com
– Bangkok :
Presiden Jokowi berbincang
dengan PM Australia Scott Morrison saat menghadiri Lunch On Sustainable
Development, di IMPACT Exhibition and Convention Center, Bangkok, Thailand,
pada Senin (4/11/2019) siang.
Presiden Joko Widodo
(Jokowi) mempersoalkan pengiriman illegal hazardous waste atau limbah berbahaya
ilegal yang akhir-akhir ini diterima beberapa negara ASEAN. Tidak terkecuali
dengan Indonesia.
Menurut Presiden, Indonesia
telah mengambil langkah pemberitahuan melalui masing-masing Kedutaan Besar, dan
telah melakukan pengiriman kembali kontainer-kontainer tersebut ke pelabuhan
asal pengiriman.
“Law enforcement juga kami
lakukan bagi pihak yang terlibat di dalam negeri. Indonesia mengharapkan kerja
sama dengan negara di dunia, termasuk negara di kawasan Asia Timur.
Untuk pencegahan pengiriman
ilegal limbah B3 sesuai dengan kesepakatan internasional,” kata Presiden Jokowi
dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-14 Asia Timur atau Eats Asia Summit, di
IMPACT Exhibition and Convention Center, Bangkok, Thailand, pada Senin (4/11/2019)
siang.
Menteri Luar Negeri (Menlu)
Retno Marsudi dalam media briefing menyampaikan, pihak Bea Cukai dan
Kementerian LHK sudah melakukan pemeriksaan terhadap 882 kontainer dan 374
kontainer sudah dikembalikan ke negara asal.
Terkait limbahan bahan
beracun berbahaya itu, Menlu menyebutkan, yang menyampaikan tidak hanya
Presiden Jokowi, Presiden Filipina Duterte juga menyampaikan hal yang sama.
“Sampai saya keluar masih
belum ada tanggapan ya, tetapi kadang-kadang tidak ditanggapi nggak apa-apa
tetapi message-nya sampai,” kata Menlu menjawab wartawan.
Sampah Plastik Dalam East
Asia Summit itu, menurut Menlu Retno Marsudi, Presiden juga menyampaikan
mengenai masalah kerja sama yang terkait dalam langkah penanganan sampah
plastik di laut.
Kepala Negara juga
mengingatkan bahwa jika tidak diatasi segera maka ekosistem laut di kawasan
Indo-Pasifik akan rusak.
Indonesia saat ini, ucap
Presiden, sedang menjalankan strategi nasional untuk menangani sampah laut,
dari hulu ke hilir.
Ia optimistis Indonesia bisa
mencapai target pengurangan sampah laut hingga 70% di tahun 2025.
“Saya berpandangan negara
EAS harus dapat mendorong gerakan global anti sampah plastik,” ujar Presiden
seraya menambahkan, gerakan global ini melibatkan sektor swasta aktivis
lingkungan, generasi pemuda dan milenial.
Pada kesempatan itu,
Presiden juga berharap negara di kawasan Asia Timur tetap konsisten dalam
memerangi sampah plastik dan limbah berbahaya.(efrizal/tim)