MenaraToday.Com - Pandeglang :
Sejumlah orang tua siswa di Kecamatan Labuan menyoroti sistem distribusi makanan sekolah yang dinilai belum berjalan efektif. Salah satunya, seorang wali murid yang anaknya bersekolah di lokasi berbeda, menyampaikan keresahannya terkait jarak dapur dengan sekolah yang menurutnya kurang dipertimbangkan secara adil.
“Kalau soal distribusi makanan, jelas ini perlu dievaluasi ulang. Jangan hanya memikirkan sekolah yang dekat dan jumlah siswa yang banyak saja,” ujar Mulya kepada tim menaratoday.com. Sabtu (4/10/2025).
Ia menilai, posisi dapur yang jauh dari sekolah tertentu bisa berpengaruh terhadap kualitas makanan yang sampai ke siswa. Menurutnya, makanan yang didistribusikan memerlukan standar waktu dan penanganan yang baik agar tidak menurun mutunya.
“Kami orang tua bukan mencari masalah, tapi menjaga kualitas makanan anak-anak kami. Ini soal kesehatan, bukan soal enaknya kerja atau besar kecilnya keuntungan. Kami punya hak untuk menyampaikan pendapat,” tambahnya.
Orang tua siswa ini juga meminta agar SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) maupun pihak terkait lainnya bisa lebih bijak dan adil dalam mengambil keputusan. Ia menegaskan jangan sampai ada ego sektoral yang mengorbankan kualitas makanan untuk siswa.
Lebih jauh, ia mendorong Forkopimcam Labuan – yang terdiri dari Camat, Kapolsek, Danramil, Kepala Puskesmas, serta Korwil Pendidikan – agar ikut meninjau dan mengambil langkah tegas. Pasalnya, distribusi makanan sekolah erat kaitannya dengan kesehatan anak-anak.
“Kami berharap SPPI dan pihak terkait benar-benar tegas, adil, dan tidak memihak. Tenang saja, ribuan orang tua siswa siap mendukung demi kebaikan bersama,” pungkasnya.
Kepala SPPG Muncang, Yunan mengakui, bahwa jarak sekolah yang berjauhan dan jalan rusak cukup menjadi kendala dalam proses pengantaran, seperti yang dihadapi oleh dapur MBG yang dikelolanya.
"Untuk SPPG Muncang Labuan kebetulan kami yang paling banyak mengantarkan dengan jumlah 21 sekolah dan jumlah siswa 2.279 dan dengan jarak tempuh yang muter dan lumayan jauh satu dan lainnya, tak hanya itu kondisi jalan yang rusak juga cukup membuat kami kadang cukup terkendala dalam proses pengantaran serta pengambilan tray (ompreng), salah satunya seperti TK Cempaka yang dekat PLTU itukan jalannya rusak parah apalagi kalau habis hujan, makanya terkadang mobil SPPG balik ke dapur menjelang maghrib karena rutenya berjauhan," ungkapnya.
Ia berharap, kedepan pihak-pihak terkait bisa memberikan solusi terbaik agar segala kendala yang dihadapi dalam proses pengantaran seperti saat ini bisa diatasi.
"Kami berharap ke pihak terkait bisa memberikan langkah terbaik lah, agar MBG bisa datang tepat waktu tanpa hambatan, paling tidak rutenya beraturan tidak seperti sekarang," tandasnya.
Hal senada dikatakan pengelola SPPG Banyu Biru Labuan Eri dan Ketua Yayasan An Nur Havabel pengelola SPPG di Labuan H. Margono.
"Betul itu, apalagi nanti akan ada penambahan hari dimana biasanya MBG diantar Senin-Jumat sekarang pengantaran dilakukan sampai hari Sabtu dengan menu snack. Cuman saya sendiri belum tahu pasti apakah program tambahan menu MBG ini sudah dilakukan oleh semua SPPG atau hanya beberapa saja dan dalam jangka waktu selamanya ataukah temporary, yang pasti ada penambahan hari. Lihat dananya turun lagi nggak," ungkapnya keduanya.
Sementara itu, menyikapi hal ini, Kapolsek Labuan Kompol Waras Wahyudi, SH, MM, menegaskan bahwa pihaknya akan menginisiasi musyawarah terkait rute pengantaran masing-masing SPPG di Kecamatan Labuan agar lebih tertib.
"Nanti kita rapatkan bersama Forkopimca," jawabnya singkat. (ILA)