Dampak Covid 19 Terhadap Pertumbuhan e - Commerce di Indonesia.

Oleh : April Liza Monika, Mahasiswi KKN PKP 

Prodi Administrasi Bisnis, FISIP,Universitas Malikussaleh 

Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah Virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Saat ini dampak pandemi Covid-19 sangat terasa di dunia bisnis dan ekonomi. Dalam waktu yang cukup singkat, pola pemasaran pun berubah terlebih ketika diberlakukan social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Bedampak akan hal itu Pembisnis harus bisa memutar otak untuk dapat memasarkan produk atau jasa mereka ke konsumen, sebagai strategi brand bertahan di tengah pandemi Covid-19. Para pelaku bisnis mengoptimalkan pemasaran online dan digital branding sebagai sarana komunikasi dengan target konsumennya.

Pandemi COVID-19 yang merebak di berbagai Negara mengupayakan isolasi dan self-distancing pun sedang gencar dilakukan oleh masyarakat. Perusahaan-perusahaan mendorong karyawan untuk bekerja dari rumah (work from home), sekolah dan perkuliahan dipindah ke online, dan masyarakat semakin menolak untuk pergi ke tempat umum dan kerumunan. Namun masyarakat tetap perlu memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan di sinilah COVID-19 berdampak pada e-commerce.

Masyarakat semakin menghindari tempat umum dan toko ritel offline, sehingga penjualan online untuk beberapa sektor meningkat. Seperti sektor makanan, kesehatan, dan farmasi meningkat signifikan. Sektor makanan mengalami peningkatan 55%, kesehatan 19%, dan farmasi 11%. 

Saat ini peran teknologi tidak akan berhenti sampai sini untuk kebutuhan e-commerce.

Masyarakat sudah semakin terbantu dengan teknologi, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja online, ataupun mendapatkan informasi terkait COVID-19. Kemkominfo juga menggaet Gojek dan Halodoc untuk menciptakan uji risiko COVID-19 di dua platform tersebut.

Di tengah pandemi ini, customers semakin mengandalkan layanan dan jasa e-commerce. Semakin banyak customer akan mulai berbelanja kebutuhan secara online walaupun sebelumnya tidak pernah. Pengusaha ritel akan semakin mengadopsi teknologi untuk memenuhi kebutuhan customer, bahkan setelah pandemi berakhir. 

Perusahaan-perusahaan e-commerce di Indonesia membuktikan kenaikan volume penjualan ditengah dengan semakin banyaknya masyarakat yang menerapkan physical distancing di tengah wabah Covid-19.Pemerintah juga mulai melirik sektor e-commerce sebagai salah satu solusi untuk mengatasi defisit pajak akibat pelambatan ekonomi.

Dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura, pemerintah Indonesia enggan menerapkan prosedur karantina yang ketat karena khawatir akan dampak ekonomi dan sosial. Sebelum toko-toko yang menjual barang non-pokok ditutup, sudah banyak masyarakat yang lebih memilih untuk belanja online seiring dengan peningkatan jumlah kasus Covid-19. Berikut 

Bukalapak misalnya sudah menjadi salah satu dari lima perusahaan startup unicorn di Indonesia yang memiliki valuasi mencapai US$1 miliar memperluas pilihan produk sembako selama beberapa minggu terakhir untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berdiam di rumah.

Saat ini penjualan produk sembako, pembersih, sanitasi, masker kesehatan, dan vitamin mengalami peningkatan selama beberapa minggu terakhir. Perusahaan e-commerce tersebut juga membuktikan peningkatan permintaan terhadap peralatan memasak, video game, dan peralatan olahraga karena masyarakat Indonesia mulai menyesuaikan diri untuk menghabiskan waktu di rumah.Sebaliknya, permintaan terhadap produk smartphone, otomotif, sepatu, pakaian formal, dan tiket liburan semakin turun karena keadaan perekonomian yang tidak menentu serta kekhawatiran kesehatan sehingga masyarakat mulai mengurangi konsumsi yang tidak terlalu dibutuhkan.

E-commerce sebenarnya sudah mampu menarik banyak konsumen di Indonesia bahkan sebelum terjadinya wabah Covid-19. E-commerce juga merupakan salah satu pendorong utama yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara mencapai $40 miliar pada tahun 2019 dan dipresiksi meningkat hingga $130 miliar pada tahun 2025.

Dengan semakin banyaknya toko retail dan konsumen yang terpaksa beralih ke e-commerce, pertumbuhannya dapat ditingkatkan lebih jauh. Pelaku industri juga mengatakan bahwa pasar pengiriman makanan di Indonesia berpotensi meningkat dua kali lipat pada tahun 2020 akibat dari wabah Covid-19. Untuk mengimbangi dampak ekonomi akibat pandemi, pemerintah telah mempercepat upaya reformasi perpajakan, termasuk pengenaan pajak atas transaksi pada platform e-commerce asing.

Pemerintah mengantisipasi adanya penurunan pendapatan pajak sebesar 10% tahun ini setelah menyalurkan berbagai bantuan dan insentif yang bertujuan untuk membantu usaha-usaha yang terdampak virus corona. Keuangan publik juga diperkirakan akan terpengaruh akibat dari penurunan pendapatan minyak dan gas karena permintaan dan harga global yang juga semakin menurun.

April Liza Monika adalah Mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Malikussaleh yang sedang mengikuti KKN di bawah bimbingan ibu iryana muhammad, M.Pd (***)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama