LDA Keraton Surakarta Hadiningrat Tandatangani Prasasti Prosesi Labuh ke-107

MenaraToday.Com - Malang :

Tradisi Labuhan yang sudah turun temurun dilakukan masyarakat Desa Kedungsalam tersebut merupakan bentuk rasa syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa berupa kemakmuran masyarakat desa.

Lembaga Dewan Adat (LDA) Surakarta Hadiningrat Wilayah Malang Raya, kali ini ikut andil dalam penandatanganan Prasasti Prosesi Labuh Pantai Ngliyep. 

Prasasti Pengukuhan Prosesi Labuh Pantai Ngliyep yang ke-107 ditandatangani oleh KRAT Letjend (purn) Umar Abdul Azis Reksodiningrat, SSos. SH. MHum., selaku Parapara (Penasehat) Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta Hadiningrat Wilayah Malang Raya, di rumah Lumbung Desa Kedungsalam, Sabtu Siang (31/10).

Tampak ratusan pengunjung memadati tradisi labuhan di pantai Ngliyep Desa Kedungsalam Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang.

Menurut pantauan Menaratoday.com, prosesi dimulai dengan mengusung sesaji yang sudah dipersiapkan oleh juru masak semua laki-laki dari rumah Lumbung, dibawa dan sesembahan ke pulau Kumbang yang berada dibibir pantai, selanjutnya dilakukan ritual sesuai tradisi adat hingga melemparkan sesaji ke tengah laut.

Anehnya, saat sesaji dilempar kelaut, ombak yang tadinya landai berubah menjadi ombak besar hampir sekitar 10 meter dan terjadi beberapa menit hingga prosesi selesai.

Selama ini kegiatan labuh dilaksanakan oleh kerabat Labuh pantai ngliyep dari berbagai daerah dan masyarakat kedung salam dan sekitar,  berkolaborasi dg Paguyuban Labuh Desa Kedung Salam dg suporting Pemkab Malang, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Perumda Jasa Yasa.

Namun, mulai tahun ini dan seterusnya, Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta Hadiningrat Wilayah Malang Raya berkomitmen untuk selalu hadir dan mengikuti kegiatan Adat Labuh pantai ngliyep tersebut dan sekaligus menjadikannya sebagai salah satu kalender kegiatan LDA yg terintegrasi.

Pangarsa (Ketua) Lembaga Dewan Adat Surakarta Hadiningrat Wilayah Malang Raya, KRT. Muhammad Nuh Setyonagoro,  SH., MH., yang juga Direktur Usaha Perumda Jasa Yasa Kabupaten Malang, yang ditemui di lokasi acara menyebutkan tradisi ini merupakan ritual rutin yang diselenggarakan masyarakat desa Kedungsalam Donomulyo. Jika di pantai Balekambang menurut sejarah merupakan wilayah penyebaran kerajaan islam,namun terang Wildan, Pantai Ngliyep merupakan sejarah penyebaran kerajaan mentaraman.

Kami (LDA) berpandangan, bahwa kegiatan Labuh pantai ngliyep yang dikemas dengan larung pangan (sedekah laut) dan dilaksanakan secara ajeg setiap tahun yang bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut,  merupakan salah satu local wisdom (kearifan lokal) dalam rangka menjaga dan melestarikan (nguri-nguri) budaya leluhur dengan makna  sebagai pengejawantahan rasa syukur terhadap Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Pemberi (Allah SWT), tandasnya juga.

“Makanya tradisinya seperti ritual umat Hindu ya, kendati hal ini gak mengurangi esensi dari makna labuhan itu sendiri, ” jelas Nuh.

Kehadiran ratusan pengunjung yang melihat ritual labuhan itu sendiri, menurutnya merupakan awal cerah terhadap kunjungan wisata di pantai Ngliyep. Karena ritual labuhan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar dan wisatawan luar daerah, imbuh Nuh.

Kendati demikian di lokasi yang sama, Direktur Utama Perumda Jasa Yasa Kabupaten Malang, KRT Akhmad Faiz Wildan Reksonagoro, SS., yang juga salah satu Wakil Ketua LDA Keraton Surakarta Hadiningrat Wilayah Malang Raya, memperkirakan kehadiran ratusan pengunjung di pantai Ngliyep masih jauh dari ekspetasi PD Jasa Yasa.

“Ya kita realistis ya, kan ada batasan 50 persen pengunjung wisata,ya harus kita ikuti kan ini juga bagian prokes covid-19, tetap berpengaruh juga, ” ungkap Gus Wildan sapaan akrabnya.

Ia berharap pandemi Covid segera berakhir sehingga industri pariwisata di Kabupaten Malang bisa berangsur pulih. Salah satu contoh seperti di pantai Ngliyep yang sempat ditutup selama tiga bulan tersebut, pungkasnya.

Di waktu yang berbeda, Letjen TNI (Pur) KRAT H. Umar Abdul Aziz Reksodiningrat,  S. Sos, SH, M. Hum. selaku Penasehat LDA Keraton Surakarta Hadiningrat Wilayah Malang Raya, mengungkapkan, " Bahwa kami berbangga hati karena kami ikut hadir disini dengan melihat langsung prosesi tradisi labuhan, yang merupakan menguri-uri budaya leluhur, dan dijaga sampai ratusan tahun, katanya. (John)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama