Gara-Gara Nasi Uduk, Reyhan Santri Kun karima Pandeglang Babak Belur Dianiaya

Reyhan Aufa Rachman (13), Korban Aniaya Senior Diponpes Kun Karima Kadomas, Pandeglang, Banten.


MENARATODAY.COM-Bocah ABG bernama Reyhan Aufa Rachman (13) warga kampung cilanggar kadumadang timur  kecamatan cimanuk, kabupaten pandeglang, banten, yang merupakan santri dipondok pesantren Kun Karima Latansa kadomas, pandeglang, babak belur. Reyhan diduga menjadi korban penganiayaan oleh seniornya.

Peristiwa tersebut diunggah di media sosial oleh sepupu Korban bernama Lyani Dita pada Rabu 24 November 2021 malam.

"Ya Allah kelakuan anak pesantren engga ada akhlak sama sekali, sampai adik saya kaya gini, terus ustad malah ngebela si pelaku, bisa-bisanya adik saya sampai diumpetin biar keluarga engga tau @pesantrenkunkarima)," demikian ungkap Lyani Dita dalam unggahannya. Postingan Dita sontak tuai beragam komentar dari netizen.

Dalam salah satu komentar tergambar jelas kronologi kejadian yang menimpa anak pasangan Oman Suparman dan Masturoh ini. 

Kejadian tersebut ternyata dipicu oleh hal sepele, yakni gara-gara nasi uduk. Diketahui, pada 21 November 2021 selepas shalat maghrib Reyhan bersama satu orang temannya bernama Azis keluar pondok untuk membeli nasi uduk, karena Reyhan sejak sore belum makan nasi. Namun karena hingga saat absensi Reyhan dan temannya tersebut belum kembali dan tidak ada ditempat hingga melewatkan shalat isya berjamaah, Reyhanpun mendapat sanksi karena dianggap telat. 

Sanksi, yang diberikan berupa push up sebanyak 150 kali, tidak hanya itu ternyata Reyhan juga mendapat perlakuan kasar secara fisik dari kedua seniornya tersebut, yakni ditendang dibagian kepalanya hingga mengenai matanya dan juga dipukuli, akibatnya lengan, kaki dan mata Reyhan lebam. 

"Kami dari pihak keluarga tidak terima atas perlakuan yang diterima Reyhan, akhirnya kami bawa Reyhan untuk diobati dan divisum untuk kemudian dilaporkan ke pihak kepolisian," tutur Lyani Dita. Kamis (25/11/21).

Dita menambahkan, akibat peristiwa tersebut Reyhan sampai hari ini masih trauma. Sementara terkait laporannya ke pihak kepolisian belum ada perkembangan apapun.

"Dari pihak ponpesnya juga sama tidak ada upaya apapun, kami hanya berharap semoga ada keadilan buat Reyhan," ucapnya. (

sementara itu, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) kabupaten pandeglang meras miris dengan apa yang telah menimpa Reyhan. 

"Pelakunya harus dihajar juga inimah, harusnya santri ini didik dengan baik ya jangan menggunakan kekasaran seperti ini, cukup dengan ditegur dan diajak bicara, insha allah kita akan coba dampingi reyhan," demikian dikatakan Sekretaris Jenderal (Sekjend) LPA pandeglang Ayi Erlangga, SH. (ila)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama