MenaraToday.Com - Pandeglang :
Ironi menyedihkan terjadi di SDN Margasana 1, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, Banten. Ratusan porsi spaghetti yang disajikan dalam program Makanan Bergizi (MBG) bagi siswa sekolah dasar justru berakhir di tempat sampah.
Pasalnya, para siswa kelas 2 kompak menolak menyantap hidangan tersebut karena rasanya dianggap tidak enak. Mereka mengaku lebih familiar dengan menu makanan tradisional dibanding sajian ala Barat yang terasa asing di lidah.
“Anak-anak bilang enaknya kayak mie instan yang lembek, tapi ini rasanya aneh,” ujar salah satu wali murid.
Kejadian ini menimbulkan keprihatinan lantaran program MBG digagas pemerintah untuk meningkatkan gizi anak usia sekolah. Namun di lapangan, menu yang disediakan justru tidak sesuai dengan selera mayoritas siswa yang berasal dari keluarga sederhana.
Lebih ironisnya, meski keluhan sudah disampaikan melalui pendamping dan pengawas dari unsur muspika, pihak dapur penyedia MBG dinilai cuek dan tidak menunjukkan itikad untuk menyesuaikan menu.
“Kami sudah usulkan agar diganti dengan nasi atau lauk yang lebih disukai anak-anak, tapi jawabannya selalu ‘sudah sesuai standar’. Akhirnya, makanan ini terbuang percuma,” tambah seorang guru pendamping.
Kasus ini bukan kali pertama terjadi. Sejumlah daerah sebelumnya juga mengalami permasalahan serupa dalam pelaksanaan program MBG, namun peristiwa di Pandeglang menjadi sorotan karena skala pemborosan yang cukup besar.
Ratusan porsi makanan yang terbuang tidak hanya menunjukkan lemahnya manajemen penyediaan menu, tetapi juga merugikan anggaran negara sekaligus menghambat pemenuhan gizi anak sekolah.
Sementara itu, pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait hingga berita ini ditayangkan belum dapat dimintai keterangan perihal tersebut.
Sebelumnya, dalam empat hari pelaksanaan, siswa di sekolah yang sama juga mengeluhkan menu yang diberikan. Pada Senin (8/9/2025), mereka menerima nasi kuning dengan tempe. Keesokan harinya, Selasa (9/9/2025), mie ayam yang dibagikan dilaporkan basi hingga menimbulkan kekecewaan besar. Rabu (10/9/2025), menu berupa burger dengan tempe dan buah salak kembali mendapat kritik. Puncaknya, Kamis (11/9/2025), banyak makanan dibuang siswa karena dianggap basi dan hambar.
“Anak-anak kecewa, makanan yang diberikan sering tidak layak makan. Ada yang basi, ada yang hambar. Kami khawatir ini berdampak pada kesehatan anak,” ujar Yanti, salah seorang wali murid, Kamis (11/9/2025).
Program MBG di Pandeglang merupakan bagian dari program nasional yang digulirkan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memastikan kecukupan gizi anak sekolah, balita, serta ibu hamil dan menyusui. Namun, kasus di SDN Margasana 1 menyoroti lemahnya pengawasan dan distribusi makanan. (ILA)