MenaraToday.com - Batubara :
Istana Lima Laras yang terletak di wilayah Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara tampaknya butuh perhatian khusus pemerintah setempat.
Sebab selain warna hiasan dindingnya yang kian memudar, kini tampak juga bangunannya yang sudah mulai lapuk.
Istana Lima Laras didirikan sejak tahun 1907-1912, dan aktif digunakan mulai dari tahun 1912-1923.
Istana ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang berada di Kabupaten Batubara. Sudah seharusnya ini menjadi perhatian khusus pemerintah setempat, agar istana ini bisa menjadi cagar budaya dan pembelajaran bagi generasi-generasi muda mendatang.
Istana Niat Lima Laras memiliki 6 anjungan yang masing-masing menghadap ke arah empat mata angin, memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela. Lantai bawah dan balai ruangan berornamen China dan terbuat dari beton yang dipergunakan sebagai tempat bermusyawarah. Pada lantai II dan III bangunan diperuntukkan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan hanya terbuat dari kayu. Terdapat beberapa kamar dengan ukuran 30 m2 di lantai II dan III yang dihubungkan oleh tangga yang melingkar di tengah-tengah ruangan istana tersebut.
Di dalam istana ini juga terdapat sebuah sumur yang konon katanya airnya tersebut sangat jernih dan tidak habis selama bertahun-tahun.
Menurut Azhar (38) seorang penjaga Istana Lima Laras mengatakan bahwa air dari sumur istana tersebut bisa digunakan sebagai obat.
"Banyak juga orang yang datang kemari untuk ngambil air ini, soalnya air ini bisa untuk obat, kemarin itu ada orang Kuala Tanjung kakinya mati sebelah, terus dibawa kemari, dimandikan pakai air ini, gak lama dari itu langsung sembuh, ada lagi orang yang gak punya keturunan minum air ini langsung punya keturunan," ujarnya.
Selain airnya yang manjur, dilingkungan istana ini juga terdapat sebuah rumah kecil yang kini dihuni oleh Datuk Asminsyah (77) yang merupakan anak dari raja ke XII. Dan dibagian depan istana juga tampak ada sepasang meriam yang konon katanya meriam ini disebut juga sebagai meriam kehormatan istana.
Dahulunya meriam ini digunakan sebagai penanda apabila sedang diadakan pertemuan-pertemuan.
"Kalau jaman dulu kan gak ada handphone jadi untuk ngabari kemasyarakat apabila sedang diadakan pertemuan-pertemuan ya dari meriam ini,"tegas azhar. (Dwi)

