Sering Mogok, Presiden Jokowi Akan Ganti Mobil Dinas


MenaraToday.Com - Jakarta :

Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono memastikan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mempunyai mobil dinas baru karena mobil dinasnya selama ini sudah tua dan tak layak lagi dipergunakan.

Jokowi memiliki kendaraan dinas bermerk Mercedes-Benz S600 Guard sudah berumur lebih dari 10 tahun dan sering mogok saat dipergunakan.

"Mobil itu kan mobil khusus, contohnya anti peluru dan lain-lain. Dan elektroniknya itu ada umurnya, jadi ada umur 10 tahun ya sudah (harus diganti), kalau sudah 10 tahun kalau diperbaiki sulit," kata Heru di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (22/8/2019).

Heru menilai, penggantian mobil dinas kepresidenan sudah wajar karena usianya sudah melebihi 10 tahun.

Sedangkan, pabrikan mobil tersebut juga telah sulit memperbaiki.

"Kami juga bertahap (pengadaannya), tentu kami mehami keuangan negara juga harus diprioritaskan untuk yang lain. Besok kan beli mungkin dua, tahun depan tambah dua," ungkapnya.

Ia menjelaskan, saat ini mobil kepresidenan sebanyak delapan unit untuk dibagi ke Presiden dan Wakil Presiden. 

Selain itu, pengadaan memang diperlukan karena kegiatan Jokowi yang padat.

"Misalnya Presiden seperti kemarin ke Bali, berarti dari suatu tempat ke Halim sudah satu mobil, satunya harus cadangan. Sudah dua di Jakarta, nah satunya lagi di Bali, seharusnya ada cadangan, tapi kan tidak ada," ucap Heru.

Menurut Heru, mobil dinas Jokowi juga sering mogok karena sistem elektrikanya kerap bermasalah. 

Ia mencontohkan terkadang sistem power windownya tidak bisa digunakan, audio yang menyala tiba-tiba. 

Alhasil, mobil dinas orang nomor satu itu sudah tidak nyaman lagi.


"Waktu itu pernah ada indikator yang warna merah kuning itu nyala semuanya. Ya berarti tidak boleh dipakai," ucap Heru.

Jokowi pun pernah merasakan mogok di tengah jalan karena mobil yang ditumpangi saat kunjungan ke daerah. 

Kemudian, Kepala Negara terpaksa menggunkan kendaraan lain yang tidak sesuai standar mobil kepresidenan.

"Kami kalau bekerja tidak sesuai standar ya bagaimana," tuturnya.(efrizal/tim)
Lebih baru Lebih lama