MenaraToday.Com - Tapsel :
Diduga Bupati Tapanuli Selatan Sahrul M Pasaribu bersama jajaran nya alergi dengan kritikan, hal itu diketahui setelah beberapa kali aksi unjukrasa yang dilakukan oleh ratusan massa Ampera di perkantoran Bupati Tapanuli Selatan untuk mendesak Bupati Tapsel mencopot Sekda dan KA. UPT RSUD Sipirok.
Sebelumnya pada aksi ke 3 Massa yang tergabung dari mahasiswa dan Pemuda ini diduga sempat di benturkan dengan massa tandingan yang mengakibatkan bentrok antar mahasiswa dan berujung luka-luka.
Ironisnya meski sempat jadi sorotan media massa, fasca tragedi berdarah tersebut, Pemkab Tapanuli Selatan malah menunjukkan sikaf bahwa mereka risih dengan Kritikan, terbukti dengan menyediakan tempat Penyaluran Aspirasi yang diperkirakan kurang lebih 500 meter dari kantor bupati.
Ketua Ampera Sarif Muliadi kepada awak media ini mengaku merasa sangat kecewa karna menurutnya ada beberapa hal yang ianya anggap tidak lagi mengedepankan hak-hak demokrasi.
"Yang pertama kami merasa kecewa dengan pihak Kepolisian yang seolah mengahalangi kami karena tidak menerima STTP dari Polres Tapsel, padahal STTP itu kewajiban kepolisian untuk mengeluarkannya, Padahal pemberitahuan sudah kami sampaikan sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1998.Kami juga merasa sangat kecewa atas sikap Bupati Tapsel yang tidak mau menjumpai kami, padahal ini sudah aksi ke empat, patut dikatakan bahwa Bupati Tapsel ini seperti pemimpin yang risih dengan kritik," ujarnya saat dijumpai disela-sela aksi, Senin (23/9/2019).
Pantauan awak media, ratusan massa yang terus merangkak naik ke perkantoran kantor Bupati Tapsel ini langsung di hadang oleh puluhan personil dari Kepolisian dan Satpol PP, hingga membuat massa harus rela dan berorasi di tempat yang diduga telah dikondisikan oleh pihak Pemkab Tapsel jauh dari komplek perkantoran (ucok siregar)