Miris, Ratusan Tamatan SD Di Labuan Dan Carita Tak Bisa Baca

MenaraToday.Com - Pandeglang : 

Ratusan siswa tamatan Sekolah Dasar (SD) asal Kecamatan Labuan dan Kecamatan Carita tak bisa baca dan mengaji. Hal itu terungkap dari banyaknya yang mendaftar ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tersingkir karena alasan tersebut. 

Budi Kurniawan, SE, tenaga didik SMPN 2 Labuan, mengatakan, dari sekian pendaftar yang berasal dari beberapa Sekolah Dasar (SD) dari wilayah Labuan dan Carita terpaksa ditolak karena tak bisa membaca. 

"Ada sekitar 171 siswa SD yang mendaftar ke SMPN 2 Labuan terpaksa kami tolak karena tak bisa baca dan ngaji," kata Budi Kurniawan kepada MenaraToday.Com. Senin (14/7/2025). 

Sambung Budi, adanya fenomena tersebut menjadi kendala dalam proses penerimaan siswa baru di tahun ajaran 2025/2026.

"Ini menjadi kendala, ada 171 siswa yang tersingkir dan tidak keterima masuk disini, wilayah Labuan dan Carita, ya akhirnya kami menerapkan sistem grade nilai aja yang sekiranya tidak bisa ya lewat, karena resikonya berat juga," ujarnya. 

Namun, ia tak mengungkap dari Sekolah Dasar mana saja ke 171 siswa SD yang tak berhasil masuk ke SMPN 2 Labuan di tahun ajaran baru 2025/2026.

"Untuk sekolah mana saja maaf kami tidak bisa menyampaikan, silahkan telusuri saja," imbuhnya. 

Sementara itu, hal serupa juga dikatakan oleh Kepala SMPN 1 Labuan, Ruskanda. 

"Di tahun ini ada sekitar 480 murid yang mendaftar, yang ketrima masuk hanya 380 siswa alasannya karena keterbatasan kuota dan juga karena faktor tidak bisa baca. Mengingat jumlah pendaftar dengan kuota  lebih banyak pendaftar, maka kita adakan test yang tentunya mengacu pada juknis Sistem Penerimaan Siswa Baru (SPMB)," ungkapnya. 

Menyikapi hal ini, Agus Jhoni Cahyadi, M.Pd, kordinator wilayah (Korwil) Dinas pendidikan pemuda dan olahraga (Disdikpora) Labuan menjelaskan, bahwa kondisi ini banyak faktor penyebab, diantaranya kurang proaktif nyaorang tua dalam proses belajar mengajar bersama pihak guru. 

"Karena kalau sekolah pasti sudah menjalankan tugasnya dengan baik sesuai aturan, mungkin bisa jadi karena pihak sekolah (SMP) terkait yang membatasi kuota karena dalam aturan tidak boleh SMP menerima murid melebihi 350 siswa karena akan berdampak pada Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) yang diterima atau tidak dibayar jika lebih, dan satu lagi kemungkinan hal itu juga akibat kurang aktifnya orang tua dalam berkomunikasi dengan pihak sekolah khususnya terkait perkembangan anaknya," jelasnya. 

Oleh karena itu, Agus berpesan, alangkah baiknya sebelum masuk sekolah dasar para orang tua memasukan terlebih dahulu anak-anaknya ke lembaga pendidikan usia dini (PAUD) dan lembaga pendidikan penunjang lainnya agar kemampuan membaca anak memadai. 

"Ini penting, mengingat ada beberapa sekolah yang memberikan tes membaca terlebih dahulu ketika daftar sekolah, makanya saya berpesan kepada orang tua agar menyekolahkan anak-anaknya ke pendidikan usia dini terlebih dahulu sebelum masuk SD dan jangan lupa untuk selalu memantau perkembangan anak disekolah," pungkasnya. (ILA)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama