MenaraToday.Com - Pandeglang :
Pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang belum lama ini menyalurkan bantuan alat pertanian Rice Combine Harvester kepada sejumlah kelompok tani (Poktan) di Kecamatan Cikeusik dan Kecamatan Angsana.
Alat modern tersebut dikenal mampu memotong, merontokkan, dan membersihkan gabah dalam satu proses kerja, sehingga sangat diharapkan dapat meningkatkan efisiensi panen dan menekan biaya operasional petani.
Namun, di balik tujuan mulia itu, muncul sejumlah pertanyaan terkait kondisi dan keberadaan alat yang telah diserahkan kepada para kelompok tani penerima bantuan.
Aep Saefulah, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cikeusik, membenarkan bahwa terdapat dua kelompok tani yang menerima bantuan combine harvester dari pemerintah.
“Iya betul, Cikeusik ada dua kelompok yang mendapatkan bantuan combine harvester, yaitu Poktan Bangun Tani 2 Desa Umbulan dan Poktan Karang Pawitan 5 Desa Sumur batu. Bantuan itu diserahkan pada bulan September kemarin,” ujar Aep Saefulah kepada menaratoday.com. Senin (27/10/2025).
Menurut Aep, proses serah terima dilakukan langsung oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang. Ia berharap alat tersebut dikelola secara kolektif dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota kelompok tani.
“Bantuan tersebut harus dikelola dengan baik oleh kelompok tani dan bisa dimanfaatkan oleh semua petani,” tambahnya.
Saat meninjau ke lapangan, H.A. Rohman, Ketua Poktan Bangun Tani 2 Desa Umbulan, membenarkan bahwa kelompoknya menerima satu unit combine harvester. Namun, ia belum dapat menjelaskan secara rinci mengenai kondisi dan pengelolaan alat tersebut.
“Iya, kami dapat. Tanggalnya saya lupa, mereknya Tani Kaya. Sebenarnya kami hanya melanjutkan dari ketua sebelumnya, Pak Ujang, yang mengusulkan bantuan itu. Yang mengambil alatnya waktu itu Pak Rasna, sementara saya yang menandatangani serah terima,” ungkap Rohman.
Lebih lanjut, Rohman mengaku belum mengetahui secara detail mengenai penggunaan maupun mekanisme pemanfaatan alat itu di lapangan.
“Saya belum tahu pasti soal penggunaannya, karena belum sempat koordinasi lebih jauh. Sepertinya Rasna yang lebih paham,” ujarnya.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, Rasna, yang disebut turut terlibat dalam penerimaan alat tersebut, belum memberikan tanggapan. Berdasarkan pantauan di lokasi, di area tempat Rasna terdapat lebih dari satu unit combine harvester.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan di kalangan petani setempat mengenai transparansi dan pemanfaatan bantuan alat pertanian tersebut. Beberapa warga menyebut bahwa alat tersebut jarang terlihat beroperasi di sawah sekitar, meski sudah diserahkan sejak bulan September.
Program bantuan Rice Combine Harvester sejatinya dirancang untuk mempercepat proses panen, menghemat tenaga kerja, dan mengurangi kehilangan hasil panen. Namun, jika pengelolaan dan pemanfaatannya tidak berjalan sesuai tujuan, maka keberadaan alat modern ini justru berpotensi menjadi pajangan semata.
Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberadaan serta penggunaan unit Combine Harvester di lapangan, agar bantuan yang diberikan benar-benar berdampak nyata bagi petani di Cikeusik dan Angsana. (ILA)
