MenaraToday.Com - Pandeglang :
Warga Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, kini harus berpikir dua kali jika masih hobi membuang sampah sembarangan. Pasalnya, Pemerintah Desa (Pemdes) Teluk punya cara unik sekaligus “menyentil” kesadaran warga dengan memasang spanduk doa kutukan bagi pembuang sampah.
Spanduk berukuran 80x100 sentimeter itu terpampang jelas di Jembatan Cipunten Agung. Bunyinya cukup menohok:
“Ya Allah, Sadarkan lah Orang Yang Buang Sampah Ke Sungai. Kalau Gak Sadar, Miskinkan Lah. Aamiin.”
Tulisan sederhana itu sontak menarik perhatian pengguna jalan yang melintas. Ada yang tertawa, ada pula yang mengangguk setuju. Tapi bagi Kepala Desa Teluk, Sophian Hadi atau akrab disapa Ian, spanduk tersebut bukan sekadar guyonan.
“Ini salah satu cara kami untuk menegur warga. Sudah sering diingatkan, tapi masih saja ada yang buang sampah ke sungai. Jadi ya kami pasang spanduk ini supaya mereka sadar, minimal malu,” ujar Ian saat ditemui menaratoday.com, Jumat (7/11/2025).
Menurut Ian, pemasangan spanduk itu dibarengi dengan pemagaran ulang di sekitar jembatan Cipunten Agung. Pagar bambu ukuran 12x5 meter yang sudah terpasang sejak 1,5 tahun lalu kini diperbaiki karena mulai rusak.
“Alhamdulillah, sejak kami pasang pagar dulu, pembuangan sampah berkurang. Dulu tumpukan sampah di bawah jembatan Cipunten Agung ini banyak sekali. Sekarang jauh lebih bersih. Nah, karena pagarnya mulai rapuh, kami perbaiki lagi dan tambahkan di sisi satunya ukuran 6x5 meter,” jelasnya.
Kegiatan tersebut juga menjadi bagian dari Jumat Bersih (Jumsih) yang rutin dilakukan Pemdes Teluk bersama Linmas dan warga setempat.
“Setiap Jumat kami gotong royong bersihkan lingkungan. Kali ini selain bebersih, kami juga rehab pagar jembatan supaya maksimal,” tambahnya.
Ian menegaskan, aksi ini bukan sekadar soal kebersihan, tapi soal tanggung jawab bersama. Ia berharap warga Desa Teluk maupun desa tetangga tidak lagi membuang sampah ke aliran sungai yang bermuara ke laut.
“Sekarang sudah musim barat, jadi banyak sampah dari laut juga ikut terbawa ke pesisir. Tapi jangan ditambah lagi dengan sampah dari darat. Kalau laut sudah pasang, nanti kita bersihkan setelah musim reda,” ujarnya.
Langkah kreatif Pemdes Teluk itu mendapat sambutan positif dari warga. Salah satunya Nurdin (54), warga setempat yang mengaku mendukung penuh upaya pemerintah desa.
“Bagus banget itu, Pak Kades tegas. Soalnya yang kena dampak kan kami juga. Sekarang jembatan sisi kiri dan kanan sudah dipagar, katanya nanti mau pasang CCTV juga. Semoga makin ampuh dan sungainya tetap bersih,” kata Nurdin sambil tersenyum.
Spanduk doa “kutukan” itu memang terlihat nyeleneh, tapi di baliknya tersimpan pesan serius: sampah adalah masalah moral, bukan sekadar kebiasaan buruk.
Bagi Pemdes Teluk, mengelola sampah bukan hanya urusan kebersihan lingkungan, tapi juga membangun kesadaran sosial warga agar lebih peduli terhadap tempat tinggalnya sendiri.
Dan siapa tahu, doa di spanduk itu benar-benar manjur, bukan karena kutukannya, tapi karena akhirnya warga sadar sebelum “dimiskinkan” oleh sampahnya sendiri. (ILA)
