MenaraToday.Com - Pandeglang :
Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Pandeglang selama beberapa hari terakhir kembali membawa duka bagi ratusan warga BTN Sentul, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Sedikitnya 250 kepala keluarga (KK) terdampak banjir setinggi sekitar 80 sentimeter yang merendam permukiman mereka pada Rabu malam (17/12/2025).
Salah satu warga terdampak, Basit, mengatakan air berwarna cokelat mulai masuk ke lingkungan warga sekitar pukul 21.00 WIB. Dalam waktu singkat, genangan merangksek ke rumah-rumah warga yang berada di dataran rendah.
“Air masuk sejak jam 9 malam tadi, tingginya sekitar 80 sentimeter. Menggenangi permukaan yang rendah lalu merendam semuanya di Cipunten Agung, Desa Teluk. Tapi hari ini sudah mulai surut,” ujar Basith, salah satu warga, kepada menaratoday.com, Kamis (18/12/2025).
Menurut Basit, banjir kali ini dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi dan terjadi secara terus-menerus selama beberapa hari terakhir. Kawasan tempat tinggalnya memang dikenal rawan banjir setiap musim penghujan tiba.
“Di sini memang rawan banjir. Ini efek dari hujan deras yang terus-menerus dari beberapa hari kemarin,” ungkapnya.
Lanjut Basit, banjir tak hanya merendam rumah, tetapi juga melumpuhkan aktivitas warga. Sejak pagi hari, banyak keluarga kesulitan beraktivitas, bahkan sekadar menyiapkan sarapan.
“Dampaknya, warga tidak bisa masak untuk sarapan. Infrastruktur jalan juga rusak, aspal terkelupas dan tinggal batunya berserakan,” tutur Basit.
Di tengah kondisi tersebut, warga berharap adanya bantuan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mendesak. Bantuan pengobatan gratis memang telah datang, namun kebutuhan pangan dinilai jauh lebih urgen.
“Alhamdulillah siang ini ada bantuan pengobatan gratis. Padahal yang kami harapkan itu bantuan makanan, karena untuk minum obat kami harus makan dulu, bukan?” ucapnya dengan nada berharap.
Hal senada disampaikan Saadah, warga lainnya. Ia mengaku sudah terbiasa menghadapi banjir yang hampir selalu datang setiap musim hujan. Namun, ia mempertanyakan mengapa persoalan tersebut terus berulang tanpa solusi yang jelas.
“Banjir ini sudah sering datang tiap musim penghujan. Pertanyaannya, kenapa selalu berulang? Apakah pemerintah memang tidak memberi solusi atau bagaimana? Buktinya kejadian serupa selalu terjadi,” ujarnya.
Saadah berharap pemerintah desa maupun daerah tidak hanya hadir saat banjir terjadi, tetapi juga memikirkan langkah konkret agar warganya terbebas dari ancaman banjir di masa mendatang.
“Mohonlah kepada desa atau pemerintah daerah agar memikirkan bagaimana caranya kami tidak kebanjiran saat musim hujan,” pungkasnya.
Hingga Kamis siang, genangan air dilaporkan mulai surut. Namun, sisa lumpur dan kerusakan infrastruktur masih menyisakan pekerjaan rumah besar bagi warga dan pemerintah setempat. (ILA)
