MenaraToday.Com - Pandeglang :
Kawasan BTN Sentul, Kampung Lebak Tanjung, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, kembali menjadi langganan banjir setiap musim hujan.
Wilayah yang secara historis merupakan rawa ini memang tak pernah benar-benar lepas dari genangan, terutama ketika hujan deras di wilayah hulu datang bersamaan dengan pasang air laut. Sedikitnya 250 kepala keluarga (KK) terdampak banjir musiman tersebut. Air kerap datang tiba-tiba, menutup akses jalan, merendam rumah warga. Menyikapi hal ini Kepala Desa Teluk, Sofyan Hadi ungkap fakta.
Kepala Desa Teluk, Sofyan Hadi, menyebut banjir di BTN Sentul memiliki karakter yang berbeda dibandingkan daerah rawan banjir lainnya di Pandeglang. Ia mengaku memahami kondisi tersebut karena pernah tinggal langsung di kawasan itu.
“Saya pernah tinggal dua tahun di BTN Sentul dan dua tahun di wilayah Lebak Tanjung. Banjir di sana itu unik. Meski hujan tidak turun di Labuan, air tetap bisa masuk karena kiriman dari hulu ditambah pasang laut,” ujar Ian sapaan akrab Sofyan Hadi kepada menaratoday.com, Jumat (19/12/2025).
Menurutnya, banjir di BTN Sentul cenderung datang cepat namun juga surut dalam waktu singkat. Begitu air laut mulai surut, genangan perlahan menghilang.
“Kalau di BTN itu banjirnya cepat datang, tapi juga cepat turun. Tidak sampai berhari-hari seperti di Patia dan sekitarnya,” jelasnya.
Ian juga mengenang kondisi sekitar 16 tahun lalu, ketika penanganan banjir masih jauh dari kata memadai. Saat itu, belum ada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), perahu karet, maupun evakuasi resmi dari pemerintah.
“Dulu warga pakai jukung, evakuasi mandiri. Tidak ada yang datang mengevakuasi,” kenangnya.
Kini, ia menilai kondisi sudah jauh lebih baik. Proses evakuasi saat banjir sudah melibatkan pihak terkait, meski tantangan tetap ada. Salah satunya adalah lokasi hunian sementara (huntara) yang dinilai cukup jauh dari permukiman warga.
“Evakuasi sudah ada, tapi warga masih mengeluhkan jarak huntara yang jauh,” katanya.
Di sisi lain, keterbatasan anggaran desa masih menjadi persoalan utama, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar saat banjir. Sofyan mengakui, pemerintah desa belum mampu menyediakan dapur umum bagi warga terdampak.
“Bukan tidak mau, tapi desa memang tidak punya fasilitas dapur umum. Dana Desa itu tidak mudah dialokasikan karena banyak skala prioritas yang ditentukan dari pusat,” ungkapnya.
Hal serupa juga terjadi pada pembangunan infrastruktur. Akses jalan menuju BTN Cicadas, misalnya, telah diusulkan sejak 2023 ke berbagai pihak, namun hingga kini belum juga terealisasi.
“Permintaan pembangunan jalan itu banyak, sementara anggaran terbatas. Desa hanya bisa membangun sebagian kecil,” tuturnya.
Meski demikian, Sofyan berharap ke depan ada ruang kebijakan yang memungkinkan desa kembali membahas penganggaran dapur umum sebagai langkah antisipasi bencana.
“Semoga bisa dibahas lagi, apakah masih ada celah anggaran atau solusi lain,” pungkasnya.
Bagi warga BTN Sentul, banjir mungkin datang dan pergi, tetapi harapan akan solusi jangka panjang tetap bertahan seiring air yang perlahan surut meninggalkan jejak tahunan.
Sebelumnya diberitakan, Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Pandeglang selama beberapa hari terakhir kembali membawa duka bagi ratusan warga BTN Sentul, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Sedikitnya 250 kepala keluarga (KK) terdampak banjir setinggi sekitar 80 sentimeter yang merendam permukiman mereka pada Rabu malam (17/12/2025).
Salah seorang warga terdampak, Basit, mengatakan air berwarna cokelat mulai masuk ke lingkungan warga sekitar pukul 21.00 WIB. Dalam waktu singkat, genangan merengksek ke rumah-rumah warga yang berada di dataran rendah.
“Air masuk sejak jam 9 malam tadi, tingginya sekitar 80 sentimeter. Menggenangi permukaan yang rendah lalu merendam semuanya di Cipunten Agung, Desa Teluk. Tapi hari ini sudah mulai surut,” ujar Basith, salah satu warga, kepada menaratoday.com, (ILA)
