MenaraToday.Com - Pematangsiantar :
Naiknya harga bawang merah sejak Oktober 2019 dan meningkatnya harga rokok putih akibat naiknya cukai rokok sejak Januari 2020 menyebabkan bertumbuhnya inflasi di Kota Pematangsiantar.
Hal tersebut disampaikan Walikota Pematangsiantar H Hefriansyah SE MM dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten II Zainal Siahaan SE MM didampingi Kepala Kantor Perwakilan(KPw) Bank Indonesia (BI) Pematangsiantar Edhi Rahmanto Hidayat saat membuka rapat Tim Teknis Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematangsiantar, di ruang rapat KPw BI Pematangsiantar, Rabu (4/3/2020) pagi.
Diterangkan, di bulan Januari Kota Pematangsiantar mencatat inflasi 0,62 persen (month to month/mtm) atau secara tahunan inflasi sebesar 2,33 persen (year on year/yoy). Realisasi inflasi terpantau lebih tinggi dibanding historis selama tiga tahun terakhir sebesar 0,22 persen (mtm).
Periode Januari lalu, katanya, beberapa komoditas memberi andil terbesar dalam inflasi Kota Pematangsiantar. Di antaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 1,70 persen (mtm) dengan andil sebesar 0.66 persen. Sedangkan kelompok transportasi menjadi kelompok penahan inflasi yang terpantau deflasi sebesar -0,52 persen (mtm) dengan andil -0,03 persen.
Dilanjutkan, inflasi yang terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan dampak dari kenaikan harga sub kelompok makanan seperti bawang merah dan sub kelompok rokok dan tembakau, yaitu komoditas rokok putih. Merespon kondisi inflasi Januari 2020 dan dalam rangka mencapai sasaran inflasi nasional tahun 2020 sebesar 3+ 1 persen (yoy), TPID Kota Pematangsiantar akan terus berkoordinasi dan menindaklanjuti hasil rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi 2019 dan mendorong langkah peningkatan kinerja TPID ke depan.
Inflasi pada perode mendatang, katanya, diperkirakan tetap terkendali, dengan inflasi tahunan berada pada sasaran inflasi 3+1(yoy). Resiko kanaikan inflasi juga dapat muncul akibat berkurangnya pasokan beberapa komoditas pangan yang diimpor dari Tiongkok seperti bawang putih yang sejak beberapa minggu lalu telah dihentikan impornya oleh pemerintah untuk mengantisipasi dampak virus Corona yang melanda Tiongkok.
Adapun rata-rata Indeks Harga Konsumen (IHK) Februari dalam tiga tahun terakhir mencatat deflasi sebesar -0,34% persen (mtm).
"Karenanya diharapkan rapat kita ini menjadi langkah nyata menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan konkret dalam mengatasi permasalahan inflasi di daerah dan mendorong peningkatan kapasitas perekonomian kita," katanya.
Sementara itu, Kepala KPw BI Pematangsiantar Edhi Rahmanto Hidayat mengungkapkan, Kota Pematangsiantar mengalami inflasi sebesar 0,12 persen (mtm) atau 2,67 persen (yoy) pada periode Februari 2020. Kondisi ini lebih rendah dibanding realisasi inflasi pada periode bulan sebelumnya, yaitu 0,62 persen (mtm) atau 2,33 persen (yoy).
Sementara, jika dihitung secara tahunan inflasi Kota Pematangsiantar tercatat sebesar 0,73 persen (year to date/ytd).
"Secara umum, realisasi inflasi di berbagai kota masih dalam rentang sasaran inflasi yang ditargetkan pemerintah dan Bank Indonesia, yaitu 3±1 persen (yoy)," terang Edhi, dan menambahkan, pada periode Februari ada tiga kota di Sumatera Utara (Sumut)
mengalami inflasi, Sibolga 0,69 persen (mtm), Medan 0,14 persen (mtm), dan Pematangsiantar 0,12 persen (mtm). Sedangkan dua kota lainnya mengalami deflasi, yaitu Padangsidimpuan dan Gunungsitoli masing masing deflasi sebesar 0,01 persen (mtm) dan 0,73 persen (mtm).
Disebutkan, secara keseluruhan Provinsi Sumutmengalami inflasi sebesar 0,13 persen (mtm) atau 1,98 persen (yoy) dan berada dalam batas bawah target inflasi nasional yaitu 3±1persen (yoy).
"Komoditas penyumbang inflasi di Kota Pematangsiantar pada bulan Februari antara lain cabai merah, bawang putih, sawi hijau, kentang, dan kepiting/rajungan. Sementara, komoditas pemicu deflasi di Kota Pematangsiantar antara lain penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, ikan bawal, udang basah, dan sepatu anak," jelasnya.
Masih kata Edhi, berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi pada periode Februari didorong oleh penurunan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (mtm) dengan andil sebesar 0,147 persen. Disusul kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga yang juga terpantau mengalami inflasi sebesar 0,27 persen (mtm) dengan andil 0,014 persen.
"Inflasi yang terjadi di bulan Februari disebabkan terhambatnya pasokan bawang putih yang mayoritas masih impor dari Tiongkok, di mana Tiongkok pada bulan lalu mengalami wabah pandemik covid atau Corona," terangnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pematangsiantar, Marlise dalam pemaparannya menyampaikan hal yang senada dengan KPw BI. Katanya, Provinsi Sumut pada periode Februari 2020 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen (mtm) atau 1,98 persen (yoy).
Sedangkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadis Perindag) Kota Pematangsiantar, Jadinpan Pasaribu menerangkan, gula pasir di pasar modern Ramayana terdapat stok 3 ton per bulan (sudah kontrak) dengan harga Rp12.500 per kilogram. Pembelian, sambungnya, dibatasi masing-masing maksimal 2 kilogram. Sementara untuk pasar modern lainnya, seperti Indomaret dan Alfamart stok gula pasir mulai terbatas, tetapi masih aman. Selanjutnya, sejak pertengahan Februari stok gula pasir di Suzuya dan Siantar Plaza sudah kosong. Sedangkan di Pasar Horas harga gula pasir Rp14.500 per kilogram, sama dengan di Pasar Dwikora Parluasan.
Dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Pematangsiantar disampaikan, hingga Februari 2020 total penanaman padi 55 hektare. Untuk komoditas jagung total 9 hektare, dan penanaman ubi 30 hektare. Lalu, kegiatan panen di Februari 2020 sebesar 214 hektare, yaitu jagung 20 hektare dan ubi 10 hektare. Sementara produksi Februari padi 1.070 ton, jagung 100 ton, dan ubi 50 ton.
Sedangkan untuk tanaman hortikultura terdapat penanaman sawi, kangkung, bayam, dan kacang panjang sebesar 2 hektare. Sedangkan panen juga masing- masing 2 hektare. (Try)
