Silang Pendapat Bakal Calon bupati Simalungun Warnai Perdiskusian GMKI Siantar-Simalungun


Menaratoday.com, Simalungun:

Diskusi publik yang digelar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Pematangsiantar-Simalungun mengusung tema "Strategi Menggalakkan Geliat Pariwisata Danau Toba menuju New Normal dengan Pendekatan Ekologi", yang digelar pada Kamis, 06/08 di 2DP Cafe Pematangsiantar berlangsung hangat dan menarik.

Hal itu disebabkan adanya silang pendapat oleh Bakal Calon (Balon) Bupati Wagner Damanik dengan Rikanson Jutamardi Purba yang hadir mewakili Balon Bupati Radiapo Sinaga.

Diskusi yang dipandu oleh Gading S selaku moderator ini disiarkan secara langsung melalui beberapa media sosial GMKI Pematangsiantar-Simalungun dan seyogianya diskusi tersebut menghadirkan 4 (empat) pembicara yakni pasangan Anton-Rospita, Wagner-Abidinsyah, Radiapo-Zonny dan Hasim-Tumpak.

"Pasangan Anton-Rospita dan Hasim-Tumpak mengkonfirmasi tidak bisa hadir karena ada urusan lain" terang moderator diskusi Gading S.

Dalam diskusi ini Wagner Damanik menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 mengganggu semua sektor kehidupan, dia menilai lesunya pariwisata di Simalungun saat pandemi tak lepas dari kurangnya sokongan pemerintah terhadap pelaku usaha padahal sektor wisata telah menjadi sektor yang menjanjikan bagi Kabupaten Simalungun.

"Masalah pariwisata dikenal istilah 3 A yakni Akses, Amenitas dan Atraksi dan di Simalungun masalah akses infrastruktur jalan menjadi perhatian serius kami." ujar Wagner.

Berbeda dengan Wagner, Rikanson Purba yang hadir mewakili Radiapo Sinaga menyebut sektor pariwisata dan infrastruktur pendukung belum menjadi prioritas RHS karena pemulihan ekonomi bakal menjadi kunci bagi peningkatan pariwisata.

"Kalo kami melihat orang tidak akan mau berwisata karena ekonomi saat ini sedang melemah, sementara disisi lain juga mitigasi manusia dibatasi. Itulah yang membuat RHS fokus memulihkan perekonomian dulu supaya orang-orang bisa berwisata ketika ekonominya sudah membaik." ujar Rikanson sembari mengenalkan slogan Rakyat Harus Sejahtera (RHS) agar rakyat mampu berwisata.

Rikanson menyebut bahwa masalah infrastruktur pendukung wisata tidak menjadi prioritas karena saat ini negara sedang fokus memulihkan ekonomi yang porak-poranda, sejalan dengan itu Rikanson menyebut RHS bakal fokus menghidupkan UMKM dan pemulihan kesehatan agar bisa menyejahterahkan rakyat.

"Buktinya anggaran direfocusing untuk mengatasi dampak pandemi, terutama fokus ekonomi. Ini membuat kami berpikir bahwa UMKM bisa memulihkan geliat ekonomi masyarakat." ujar Rikanson

Menanggapi pandangan Rikanson, Wagner Damanik menjelaskan bahwa dengan memberikan sokongan bagi pariwisata bisa membantu geliat pariwisata sehingga pariwisata bisa menjadi sub sektor mendukung pemulihan ekonomi.

"Saat kita hidupkan pariwisata maka akan terjadi perputaran uang, dengan cara itu ekonomi bisa pulih untuk memberi stimulus bagi geliat perekonomian." ujar Wagner yang merespon berbeda dengan Rikanson.

Wagner menilai perlunya sinergitas pemkab se-kawasan danau toba dan hubungan baik ke pusat karena banyak anggaran pariwisata di pusat yang bisa diturunkan ke tanah Simalungun.

"Pemerintah pusat tidak main-main membangun danau toba, cuma pemkab Simalungun tak serius makanya harus ada Bupati yang mampu membangun komunikasi yang baik agar pusat mau lebih memerhatikan kita."ujar Jenderal polisi bintang dua ini.

Wagner menyebut dengan latar belakang yang ia miliki banyak berkecimpung di tingkat nasional membuat dia yakin mampu membangun komunikasi kepada para petinggi nasional sehingga ia optimis pembangunan pariwisata Simalungun bisa lebih dibantu oleh pemerintah pusat.

Sementara saat ditanyai oleh Moderator mengenai jurus pembangunan pariwisata ramah lingkungan, Wagner menyebut akan memberdayakan desa adat dan para budayawan. Ia menilai kehadiran komunitas-komunitas yang mau melestarikan nilai-nilai kebudayaan menjadi penting untuk menanamkan kecintaan terhadap Simalungun dan alamnya yang indah.

"Kita mau generasi emas Simalungun terdidik dengan pendekatan budaya namun adaptif dengan perkembangan supaya lahirlah generasi yang punya kecintaan terhadap Simalungun sehingga dia tidak bakal mencemari tanah Simalungun. Disinilah komunitas itu berperan." ujar Wagner.

Wagner juga menyebut bakal mengevaluasi kembali manfaat perusahaan-perusahaan disekitar danau toba, dan tak akan gentar untuk menendang perusahaan tersebut bila terbukti telah mencemari danau toba.

"Kita akan kaji lebih dalam, lebih banyak mudaratnya atau manfaatnya. Bila lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, maka kita tidak segan-segan akan menutup perusahaan tersebut", kata Wagner.

Sementara Rikanson menyebut membangun danau toba yang ramah lingkungan memerlukan komitmen kuat dari calon pemimpin agar bisa arif dan terlepas dari banyak intervensi.

"Bahkan pemerintah pusat saja belum tentu bisa menutup perusahaan nakal itu, yang terpenting adalah komitmen dengan membentuk regulasi yang bisa menertibkan perusahaan nakal itu supaya tertib, dan kami bakal berhati-hati memberikan izin AMDAL." ujar Rikanson.

Rikanson menerangkan jurus yang mereka miliki adalah berani untuk menertibkan perusahaan maupun kelompok individu yang memiliki usaha tidak ramah lingkungan, yang berpotensi mencemari lingkungan.

Diskusi juga dilengkapi tanggapan oleh penanggap Richard Sidabutar dan May Luther Dewanto Sinaga, masing-masing memberikan tanggapan bahwa masalah danau toba bukan sesederhana pemaparan narasumber melainkan sudah kompleks sehingga dibutuhkan pembahasan komprehensif.

"Faktanya pemerintah pusat sudah memerintahkan 0 KJA, Bupati sekarang malah membuka baru. Ini keprihatinan yang tidak bisa dibiarkan pemimpin yang baru." ujar Richard.

Richard juga meminta agar para calon bupati membentuk sebuah peraturan yang mempedomani Perpres 81/2014 agar pembangunan pariwisata danau toba sejalan dengan rencana tata ruang Kawasan Danau toba. Selain itu, Richard menilai kedua bakal calon bupati harusnya berkomitmen membentuk peraturan yang mempedomani Adaptasi Kenormalan Baru (AKB) agar aspek amenitas dalam ilmu pariwisata dapat dipenuhi sehingga pariwisata danau toba tidak jadi klaster baru penularan COVID-19.

Penanggap lainnya, May Luther Dewanto Sinaga menyoroti banyaknya konflik lahan antara masyarakat dengan pemerintah maupun korporasi membuat pelancong enggan berwisata.

"Kami mau Bupati yang baru punya strategi manajemen konflik supaya tidak ada konflik yang berkepanjangan." ujar Luther.

Luther juga berharap agar para bakal calon Bupati yang punya banyak program ini dapat berkomitmen tidak korupsi sehingga dapat tulus melayani masyarakat Simalungun.

Diakhir diskusi Wagner Damanik mengapresiasi kegiatan diskusi GMKI yang interaktif sebagai forum gagasan, dia berharap kedepannya agar GMKI mampu mencerdaskan masyarakat untuk memilih bupati yang punya latarbelakang dan visi-misi yang baik.

"Saya berani datang kesini karena saya mau berdiskusi dengan kaum muda dan mahasiswa, dan disini kita bukan berbicara isi tas melainkan gagasan-gagasan." tungkas Wagner.

Sementara Rikanson menyampaikan permohonan maaf Radiapo-Zonny yang sedang berada diluar kota, sembari turut berterimakasih sudah diundang karena diskusi ini merupakan sebuah diseminasi gagasan.

"Perdiskusian ini diperlukan sebagai proses mendewasakan demokrasi, supaya masyarakat semakin kenal siapa calon yang layak memimpin kedepan. Apakah pak Radiapo atau pak wagner atau bakal calon yang lainnya, siapapun itu harus punya niat baik membangun Simalungun." ujar Rikanson yang menyebut walau berkompetisi di pilkada, Wagner Damanik juga merupakan saudaranya.

Diskusi yang dipandu oleh Gading S itu diwarnai tanggapan interaktif para peserta melalui sambungan virtual, dan ditutup dengan gelaran foto bersama. (R1/Red)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama