Diare : 'Sebuah Gejala Covid 19'


Oleh : Hasan Darmawan 

Kode KKN : KKN PKP P011

Dosen Pembimbing : Asrul Fahmi M.A.P. 

Pada Desember 2019, sebuah wabah pneumonia dengan sebab tak diketahui dilaporkan di kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina. Penyelidikan lebih lanjut menyimpulkan bahwa wabah tersebut disebabkan oleh bibit penyakit berupa virus yang dikenal sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau disingkat sebagai SARS-CoV-2. SARS-CoV-2 merupakan salah satu virus dari family Coronaviridae, sehingga materi genetiknya memiliki beberapa kesamaan dengan virus-virus dari family tersebut yang telah teridentifikasi sebelumnya, seperti misalnya Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (1).

Pemahaman tentang bagaimana virus ini menular masih terus berkembang dan terus dilakukan penyelidikan. Sampai saat ini telah diketahui bahwa virus ini menular lewat rute droplet dari pasien terinfeksi. Namun masih belum menutup kemungkinan adanya rute-rute penularan lain seperti misalnya airborne, fecal-oral, dan lain sebagainya. Dalam waktu singkat, virus ini telah menular secara luas dan menimbulkan pandemi yang sangat mempengaruhi berbagai sektor kehidupan manusia dari berbagai negara diseluruh dunia (1).  

Infeksi dari SARS-CoV-2 menimbulkan gejala yang bervariasi, bisa jadi tanpa gejala (asimptomatik) atau menimbulkan penyakit bernama Coronavirus Diease 2019 (Covid-19). Gejala yang bermanifestasi antara lain berupa demam, batuk kering, sesak nafas, edema paru dan lain sebagainya. Selain gejala saluran pernafasan, ada juga gejala lain yang telah diidentifikasi seperti misalnya nyeri kepala, mual-muntah dan diare (1).

Menarik untuk dibahas, bahwasannya virus yang menginfeksi saluran pernafasan ternyata juga dapat menimbulkan gejala-gejala terkait saluran pencernaan seperti misalnya mual-muntah dan diare. Hal yang mendasari ini terletak pada molekul receptor yang digunakan virus untuk menginfeksi sel. Sebagai bibit penyakit, virus memerlukan sebuah struktur receptor untuk dapat menginfeksi sel-sel yang ditargetkannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa sel-sel yang memiliki struktur tersebut dapat diinfeksi oleh virus tersebut.

Untuk virus SARS-Cov-2, struktur receptor yang dipakai untuk menginfeksi sel telah berhasil diidentifikasi dan dikenal sebagai Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2). Struktur ACE2 telah ditemukan pada sel-sel saluran pernafasan, yaitu sel-sel Pneumocyte. Namun penelitian lebih lanjut ternyata mendapatkan hasil bahwa selain saluran pernafasan, ACE2 ternyata juga dapat ditemukan pada saluran pencernaan, khususnya pada bagian esophagus, ileum dan colon. Lebih lanjut, penelitian juga telah membuktikan adanya komponen virus didalam sel-sel saluran pencernaan, membuktikan lebih lanjut bahwa sel-sel tersebut dapat diinfeksi oleh SARS-CoV-2. Lebih lanjut, RNA dari SARS-CoV-2 ternyata dapat  ditemukan pada kotoran pasien (2)(3). 

Lantas bagaimanakah SARS-CoV-2 menimbulkan gejala diare? Pertanyaan ini masih belum dapat dijawab secara pasti. Walaupun begitu ada banyak teori yang muncul untuk menjelaskan bagaimana infeksi SARS-CoV-2 dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa diare (1). 

Teori pertama adalah diare muncul akibat efek langsung infeksi virus terhadap sel-sel disaluran pencernaan. Sebelumnya telah dikemukakan bahwa sel-sel saluran pencernaan dapat terinfeksi oleh SARS-CoV-2 karena memiliki ACE2 yang menjadi pintu masuk virus ke sel-sel yang akan diinfeksinya. Selain itu, RNA dari SARS-CoV-2 juga dapat ditemukan pada feses pasien, yang menandakan efek sitopatik yang ditimbulkan dari infeksi virus (4). 

Teori lain yang berkembang adalah diare muncul karena respon inflamasi (peradangan) yang muncul dari infeksi virus dan bukan kerena efek langsung infeksi virus terhadap sel-sel saluran pencernaan. Covid-19 dikenal dengan banyak hal, salah satunya menyangkut dengan terjadinya Cytokine Storm dimana terjadi peningkatan kadar sitokin proinflammatori seperti IL-1, IL-2, TNF, dan lain sebagainya. Sitokin proinflammatori dapat mengubah gut-brain axis (poros usus-otak) dengan memasuki peredaran darah atau aliran limfe (4). 

Teori lain yang tak kalah penting adalah kemungkinan pasien Covid-19 mengalami diare karena adanya perubahan pada flora normal saluran cerna. Ada banyak hal yang memungkinkan mengapa perubahan tersebut dapat terjadi, mulai dari proses peradangan akibat infeksi virus yang menimbulkan pelepasan sitokin-sitokin mediator inflamasi, sampai penanganan pasien menggunakan antibiotik yang jelas dapat mengubah tatanan flora normal saluran cerna (4).

Teori lain yang dapat ditinjau juga adalah kemungkinan bahwa diare tidak lain merupakan efek samping dari obat-obatan yang digunakan. Obat-obatan antivirus yang digunakan seperti misalnya ritonavir-lopinavir, remdesivir dan Hydroxychloroquine memiliki efek samping menimbulkan diare. Selain itu, pemberian antibiotik pada pasien Covid-19 untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri juga akan meningkat terjadinya Antibiotic-Associated Diarrhea, khususnya jika antibiotik yang digunakan bersala dari golongan Cephalosporin atau Fluoroquinolone (4).

Kesimpulan

Virus SARS-Cov-2, selain menimbulkan gejala-gejala terkait saluran pernafasan seperti batuk kering dan sesak nafas, juga dapat menimbulkan gejala terkait saluran pencernaan seperti mual-muntah dan diare. Walaupun telah terungkap bahwa molekul receptor untuk SARS-CoV-2, yaitu ACE2 dapat ditemukan baik pada saluran pernafasan maupun saluran pencernaan, belum ada penelitian yang dapat memastikan bagaimana infeksi virus tersebut dapat menimbulkan gejala diare. 

REFERENSI

1. D’Amico F, Baumgart DC, Danese S, Peyrin-Biroulet L. Diarrhea During COVID-19 Infection: Pathogenesis, Epidemiology, Prevention, and Management. Clin Gastroenterol Hepatol [Internet]. 2020;18(8):1663–72. Available from: https://doi.org/10.1016/j.cgh.2020.04.001

2. Kotfis K, Skonieczna-Żydecka K. COVID-19: Gastrointestinal symptoms and potential sources of SARS-CoV-2 transmission. Anaesthesiol Intensive Ther. 2020;52(2):171–5. 

3.. Wong SH, Lui RNS, Sung JJY. Covid-19 and the digestive system. J Gastroenterol Hepatol. 2020;35(5):744–8. 

4. Perisetti A, Gajendran M, Goyal H. Putative Mechanisms of Diarrhea in COVID-19. Clin Gastroenterol Hepatol [Internet]. 2020;19–20. Available from: https://doi.org/10.1016/j.cgh.2020.06.008  (**)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama