Mencengangkan, LPA Pandeglang lakukan Visitasi Ke SMPN 1 Saketi Ditemukan Dugaan Ada 9 Korban Pencabulan AAN


MENARATODAY.COM, Pandeglang-Menyikapi kasus perkosaan yang dilakukan oleh AAN (55) yang merupakan warga saketi terhadap dua orang siswinya di sekolah SMPN 1 Saketi, kabupaten pandeglang, Banten, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Pandeglang lakukan visitasi terhadap salah satu korban SS (13) dengan mendatangi kediamannya didesa sodong, kecamatan saketi dan juga sekolahnya pada kamis (30/12/21).

Kedatangan LPA Pandeglang, LPA Provinsi dan Komnas Ham Provinsi Banten ini diterima oleh Kepala Sekolah, Wakil kepala sekolah dan para dewan guru disekolah tersebut.

"Kami cukup prihatin atas kejadian ini, dan sangat menyayangkan karena sejatinya seorang pelatih itu mendidik dan memberikan pelatihan kepada para muridnya dengan baik, bukan memanfatkannya," Demikian dikatakan Ketua LPA Pandeglang Mu'jizatullah Gobang Pamungkas, SH kepada tim menaratoday.com.

Gobang menuturkan, visitasi ini dilakukan guna mengetahui lebih lanjut seperti apa sebetulnya kejadiannya dan ada berapakah korbannya.

"Selain melakukan visitasi kami juga melakukan asessment dan trauma healing kepada korban, dan  Betulkah hanya dua korbannya? Karena dari hasil visitasi, tracking dan investigasi kami mendapatkan informasi bahwa korbannya bukan hanya dua orang melainkan lebih dari itu, diperkirakan ada 9 orang," terangnya.

Namun, sepertinya pembuktian terkait informasi tersebut agak sulit untuk dibuktikan karena berbagai hal, diantaranya banyaknya korban lain yang enggan melaporkan perbuatan pelaku kepada pihak kepolisian. 

"Persoalannya ada yang berani melapor, ada juga yang tidak berani melapor, dan ini yang jadi kendala kami, maka kami berharap jika memang betul ada 9 orang ayo laporkan agar pelaku mendapat hukuman setimpal, dan kami akan pantau kasus ini hingga tuntas," ucapnya.

Berdasarkan keterangan dari kepala sekolah, kata Gobang, AAN ini bukan guru honorer resmi yang tercatat didata base, melainkan hanya pelatih dari kegiatan ekstrakurikuler (Ekskul) Pencak silat yang ada disekolah tersebut.

"Si pelaku ini orang luar bukan guru honorer, melainkan hanya pelatih ekstrakurikuler pencak silat siswa-siswi disekolah tersebut," tukasnya.

Modusnya, Lanjut Gobang, pelaku AAN ini menjanjikan kepada para korban akan diikutkan dalam event Bupati Cup pada Cabang olah raga (Cabor) pencak silat.

"Jadi pelaku ini mengiming-imingi dan menjanjikan para korbannya bakal diikutkan dalam Bupati Cup kemarin, makanya korban mau saja diajak ziarah ke pemakaman yang ada dibelakang SPBU Saketi, dalihnya untuk ditransfer ilmu biar kuat, nyatanya tidak," kata Gobang.

Adanya kejadian ini, tambah Gobang, menjadi catatan penting bagi seluruh sekolah, agar tidak sembarangan ketika merekrut pelatih untuk kegiatan ekskul.

"Harus ketat, agar kejadian serupa tidak terulang, misal diwajibkan mencantumkan sertifikasi dalam portofolionya sehingga ketika ada kejadian berkaitan dengan hukum, kita mudah untuk melacaknya dan meminta pertanggung jawabannya," tegasnya. (la)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama