Beras dan Telor Menumpuk di Kantor Desa Teluk dipertanyakan Warga, Ketua BPD: Itu Bukan Jualan Milik Desa



MENARATODAY.COM, Labuan-Penyaluran Bantuan Sosial Pangan (BSP) 2002 untuk Kabupaten Pandeglang sudah mulai dikucurkan melalui kantor pos. 

Untuk beberapa desa, penyaluran BPS ini dilakukan dengan cara Jemput bola datang ke stiap desa, salah satunya seperti di desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, pada Sabtu 26 Februari 2022.

Berdasarkan pantauan, para KPM terlihat berbaris menunggu panggilan nama untuk mendapatkan uang Rp 600 ribu (Enam Ratus Ribu Rupiah) untuk anggaran Januari, Februari, Maret, yang dimana setiap perbulannya masing-masing KPM mendapat Rp200 ribu.

Namun, ada kejanggalan yang patut dipertanyakan, dimana disamping antrian para KPM BSP untuk desa Teluk ini, ternyata ada pemandangan yang mencurigakan.

Yakni, sudah tersedianya tumpukan Beras dalam karung dan tumpukan telor yang diduga akan dijual kepada para KPM yang telah mencairkan dana bansosnya.

Untuk menelusuri hal ini, para awak media mencoba menggali informasi tentang tumpukan beras dan telor yang ada di kantor desa Teluk ini kepada Sekretaris Desa (Sekdes) melalui pesan singkat Whatsapp, tapi tidak mendapatkan jawaban. 

Kemudian awak media, mencoba menggali informasi melalui Ketua BPD Desa Teluk Dadi. Dia juga merasa tidak mengetahui dan justru baru tahu dari media berdasarkan kiriman foto. 

"Waduh saya gak ngerti kapan  dan dimananya, kalo akang  gak kirim gambar saya malah gak tau," Kata Dadi. Minggu 27 Februari 2022.

Pak kades juga tidak menyediakan dagangan, tambah Dadi dalam keterangan Whatsappnya.

"Pihak desa mah tidak jualan, itu tiba -tiba ada, yah dadakan yang kiriman berinisial H.S.pihak desa tidak tau apa-apa," ujarnya.

Sementara itu, salah satu agen atau pedagang yang membuka lapak dihampir semua kantor desa di Kecamatan Labuan, Tb. Mahfudin atau yang lebih akrab disapa Tb. Aceng ini mengakui, bahwa tumpukan beras, telur dan kebutuhan sembako lainnya yang terlihat menumpuk dikantor desa merupakan milik H. Sahara. 

"Betul kami buka lapak dikantor desa teluk dan beberapa kantor desa lainnya, tapi gak disemua kantor desa juga karena ada beberapa desa yang menolak, dan kami sebagai pedagang tidak memaksa KPM harus membeli sembako di lapak kami, kalau memang harganya cocok silahkan beli, kalau mereka tidak cocok dengan harganya kami tidak maksa harus beli," terangnya.

Aceng menambahkan, terkait lapak yang buka disejumlah kantor desa, dirinya membantah bahwa tidak ada kesepakan apapun dengan pihak desa.   

"Lapak ini milik Pak Haji Sahara, saya hanya selaku orang kepercayaan beliau memastikan tidak ada kesepakatan dalam bentuk apapun dengan pihak desa, kami hanya niat berjualan saja, dan harga yang dijual pun sama kok dengan harga pasaran," kilahnya.

Berdasarkan hasil penelusuran dilapangan, ternyata harga yang dijual oleh agen atau pedagang yang membuka lapaknya disetiap kantor desa ini, tak jauh dengan harga yang diberlakukan oleh para ewarong sebelumnya, mahal dan tak sesuai dengan harga pasar.

Untuk harga telur, pedagang dikantor desa menjual dengan harga Rp27 ribu perkilo, sementara di pasar tradisional harga telur ada dikisaran Rp18 Ribu-Rp20 Ribu perkilo. (la) ***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama