Sekjen LP Tipikor Tuding Bahwa Bantuan Sapi Kelompok Tani Di Tiyuh Agung Jaya Hanya "Modus"

MenaraToday.Com - Tulangbawang : 

Fakta baru terkait dugaan penyelewengan bantuan sapi pada tahun 2014 di Tiyuh Agung Jaya kecamatan Way Kenanga terus terkuak.

Pasalnya, terdapat keterangan yang berbeda-beda yang di sampaikan oleh pengurus kelompok tani Hidup Makmur kepada wartawan media ini.

Hal itu di curigai setelah adanya keterangan yang di sampaikan oleh sekretaris kelompok tani Hidup Makmur,  Yang menyebutkan jika sapi yang diperbantukan untuk masyarakat yang tergabung di dalam kelompok tersebut, saat ini hanya tersisa dua ekor dari jumlah sebelumnya diperbantukan sebanyak 15 ekor sapi.

"Waktu itu bantuan hibah ternak hewan berjenis sapi, dan sejauh lima tahun sejak bantuan itu diberikan, saya hanya menjalankan sesuai dengan petunjuk untuk melaporkan kepada dinas terkait tentang perkembangannya. Adapun nama program bantuan sapi itu adalah pemanfaatan pelepah sawit. Namun yang jadi permasalahan pada waktu itu,  karena sapi yang datang tidak sesuai dengan apa yang di inginkan sebab ukurannya terlalu kecil. Alhasil banyak kelompok yang menolak untuk menerimanya, kamipun sempat kebingungan, pada akhirnya kami mengambil kesimpulan melalui musyawarah untuk di bagikan kepada pengurus, camat, dan Kepalo Tiyuh itupun di titipkan ke orang lain untuk memeliharanya," katanya Selasa kemarin (12/07).

Lebih jauh ia menyebutkan, dari jumlah 15 ekor sapi tersebut saat ini tersisa hanya dua ekor lantaran banyak sapi yang mati terserang penyakit.

"Untuk laporan, berita acara segala macam dulu ada bang, banyak sapi yang mati terserang penyakit dan kini hanya tersisa dua ekor," jelasnya.

Disinggung terkait dokumentasi rapat musyawarah, dan arsip pembuktian kematian sapi, dia beralasan jika segala pembuktian itu telah hilang lantaran sudah cukup lama.

"Kalau arsip dokumentasinya sekarang tidak ada lagi bang, sudah hilang entah kemana sebab sudah lama," ujarnya.

Berbeda sebelumnya, ketua kelompok tani Hidup Makmur Suwardi justru mengatakan jika sapi yang semulanya berjumlah 15 ekor kini tersisa enam ekor yang ada di beberapa warga.

"Kalau nggak salah, sapinya tersisa enam ekor, itu ada di tiga tempat yaitu di tempat pak Sutar, Sodri, Dahlan itu yang banyak, soalnya punyanya pak sutar dan pak jaya yang gaduhkan ke beliau," katanya.

Sementara, salah satu anggota kelompok yang juga pada saat itu menjabat sebagai sekretaris tiyuh setempat yang saat ini diketahui sebagai PNS di Kecamatan Batu Putih Tato, mengatakan jika sebelumnya belum pernah di adakan musyawarah mengenai perkembangan pengurusan sapi itu.

"Setau saya selama ini tidak pernah ada kumpulan (musyawarah/red) guna pembahasan sapi tersebut," jelas Tato saat di konfirmasi via telpon, Jum'at lalu (08/07).

Menanggapi hal ini, Sekjen LP-Tipikor Nusantara Provinsi Lampung, Junerdi kembali angkat bicara terkait informasi Simpang siur yang diberikan oleh para pengurus kelompok tersebut.

"Dari hal ini sudah jelas banyak kejanggalan yang terjadi, mulai dari keterangan berbeda oleh para pengurus, bahkan dokumentasi kematian sapi yang tidak ada dengan alasan hilang. Itu hanyalah akal-akalan busuk alias modus saja guna mengelabui," tegas Junerdi.

Mengenai penolakan oleh warga selaku anggota, menurut Junerdi dalam hal tersebut pihaknya menduga telah terjadi manipulasi dan akal-akalan guna kepentingan dan keuntungan orang-orang tertentu terlebih bagi yang di luar anggota.

"Sapi itu sudah jelas dibagikan untuk di pelihara oleh anggota kelompok tani, bukan untuk camat, PPL, lurah, dan oknum lain yang diluar keanggotaan. Bahkan secara logika orang dikasih bantuan kok menolak itu sangat tidak mungkin, apalagi saat di tanya mengenai berita acara saat musyawarah terkait pembagian sapi itu, mereka beralasan tidak ada arsip karena sudah hilang, sementara salah satu anggota lainnya mengatakan tidak pernah dilakukan musyawarah. Dari hal ini sudah jelas telah terjadi pembohongan publik demi membela diri, oleh karenanya pihak kami akan terus mengusut dan mengawal laporan yang akan di layangkan terhadap APH dalam waktu dekat ini," tutupnya.

Sementara, hingga saat ini, Ketut Sukayase selaku PPL setempat tidak merespon setiap kali dipintai keterangan atas dugaan penyelewengan bantuan sapi yang mencatut namanya sebagai penerima sapi tersebut. (Helmi)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama