Banyak Pedagang Tak Bayar Retribusi, UPT Dinas Pasar Labuan Ungkap Sulit Capai Target PAD

MenaraToday.Com - Pandeglang : 

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pasar Kecamatan Labuan ungkap sulit mencapai target Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena banyak pedagang yang tak bayar retribusi harian. Padahal, nilai retribusi saat ini mengalami penurunan sejak terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Pandeglang Nomor 4  tahun 2023 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi.

Warta'i, Kepala UPT Dinas Pasar Labuan mengatakan, untuk saat ini nilai retribusi yang dikenakan bagi Pedagang Kaki Lima (PKL) hingga toko sama, yakni Rp. 2000 per hari.

"Dirubah di Perda tahun 2023, bahwa retribusi semua pedagang baik PKL maupun toko itu sama sebesar Rp. 2000 per hari, namun meski demikian masih saja kami kesulitan ketika meminta retribusi," kata Warta'i, kepala UPT Pasar Labuan, kepada tim MenaraToday.Com. Rabu (30/4/2025).

Warta'i menuturkan, pungutan retribusi yang dipungut perhari dari para pedagang hanya 2x, yakni retribusi pasar dan retribusi sampah yang nilainya sama.

"Jumlah pedagang yang masuk ke kami itu ada sekitar 200 pedagang, dan selama ini hanya 2 pungutan aja, pungutan sampah dan pasar nilai nominalnya sama Rp. 2000 per hari, jikapun ada yang diminta pada malam hari itu karena mereka berjualannya di sore hari hingga malam," ujarnya.

Dalam teknis pungutannya pun, lanjut Warta'i, disesuaikan dengan keinginan para pedagang mengingat jika dimintanya pagi hari khawatir belum ada penglaris.

"Biasanya jam 11 atau mendekati Dzuhur, karena kalau dimintanya pagi mereka bilang khawatir belum ada yang beli jadi kami menyesuaikan saja, tapi tetap aja ada yang gak bayar, bahkan ada yang ngasihnya Rp. 1000 tapi tetap kami terima," jelasnya.

Daerah yang kena pungutan itu, Warta menjelaskan, di pasar depan Plaza hingga ke depan Mixue.

"Sesuai aturan aja, yang masuk ke kami itu pedagang yang di pasar sini sampe ke muncang depan Mixue, jadi gak semua kami pungut retribusi, untuk pasar yang di kios pasar ikan itu gak masuk ke kami itu beda lagi, masuk ke pengelolanya," terangnya.

Warta menyebut, perhari tidak begitu maksimal karena pendapatannya hanya sekitar Rp. 140 ribu-Rp. 200 ribu belum pernah lebih dari angka tersebut.

"Di plaza aja paling Rp 20 ribu sehari, pada sulit dimintanya, sementara jumlah lapak di Plaza ada lebih dari 15 kios, sementara dari pasar yang masuk ke kami paling Rp. 200 ribu sehari, kadang juga cuman dapat Rp. 140-150 ribu, alasannya macam-macam, ada yang belum laris, nanti sore aja, dan lain-lain," ungkapnya.

Makanya, lanjut Warta, dirinya bingung mengingat meski secara nilai retribusi mengalami penurunan namun target yang harus terpenuhi tidak berubah.

"Sebelum ada Perda tahun 2023 PKL dan toko beda, PKL Rp. 2000 sementara toko Rp. 5000, sekarang kan sama semuanya Rp. 2000, hanya saja kami menyayangkan kenapa jumlah target yang harus tercapai tidak dikurangi juga, tetap sama seperti sebelumnya, kadang nomboki terus kita," tandasnya.

Sementara itu, salah satu pemilik kios di Plaza Labuan yang enggan disebutkan namanya membenarkan bahwa memang ada saja yang tidak membayar retribusi tapi masih lebih banyak yang membayar.

"Alasannya sepi, karena memang disini kondisinya sudah jauh berbeda. Hari Raya Idul Fitri kemarin aja bener-bener sepi kalah sama toko-toko besar kayak serba Rp 35.000 dan toko besar lainnya, jadi mungkin itu penyebabnya," tuturnya.

Ia menyebut, selain pungutan retribusi harian yang nilainya Rp. 2000, ada juga pungutan bulanan itu tergantung luas kios di Plaza.

"Selain pungutan harian kami diminta juga iuran rutin bulanan, nilai yang dibayarkan itu tergantung luas lapak, kalau saya sendiri sekitar Rp. 250 ribu per bulan, ada juga yang Rp. 100 ribu, pokoknya per meternya itu kena Rp. 25 ribu," ungkapnya.

Ia berharap, kepada dinas terkait agar memperbaiki dan mengelola lokasi pasar dengan baik dan nyaman agar para pembeli juga merasa nyaman ketika berbelanja.

"Itu dilantai 2 aja para pedagang pada kabur, sekarang sepi karena gak ada pembeli yang mau naik keatas karena mungkin kurang nyaman lokasinya, sekarang kondisinya berantakan padahal kalau diberdayakan dan dikelola dengan baik bisa mendatangkan cuan, jadi mohon lah kepada pemerintah agar memperbaikinya," ungkapnya.

Hal senada juga dikatakan pemilik kios lainnya.

"Kadang-kadang sekarang mah sepi di plaza nya gak ada yang beli jadi gak ada pemasukan, mohon solusinya ke Bupati Pandeglang biar gimana caranya plaza ini rame lagi yang belanja kesini juga rame kayak dulu," ucapnya. (ILA)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama