MenaraToday.Com - Pandeglang :
Banyaknya kubikasi sampah yang mesti diangkut per harinya membuat kordinator wilayah (Korwil) dinas lingkungan Hidup (DLH) Labuan mengeluh. Pasalnya, tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) yang cukup jauh membuat proses pengangkutan terhambat.
Perlu diketahui, saat ini pemerintah Kabupaten Pandeglang menetapkan TPSA yang berada di Desa Bangkonol, Kecamatan koroncong, Kabupaten Pandeglang, Banten, menjadi lokasi pembuangan terakhir yang menampung seluruh sampah yang diangkut dari berbagai Kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang, salah satunya Kecamatan Labuan dan Patia.
Aminudin, Korwil DLH Labuan mengatakan, proses pengangkutan rutin setiap hari dilakukan, bahkan terkadang dalam satu hari dilakukan dua kali pengangkutan.
"Setiap hari, kalau di rapel nanti bisa-bisa tertimbun sama sampah tahu sendiri yang di pasar labuan aja numpuk dikit langsung viral, apalagi kalau gak diangkut setiap hari," kata Aminudin, Korwil DLH Labuan kepada menaratoday.com. Sabtu (27/6/2025).
Aminudin menuturkan, jenis sampah yang diangkut dalam setiap hari mayoritas merupakan jenis organik atau sampah rumah tangga.
"Campur-campur sih, ada juga sampah non organiknya namun kebanyakan sampah sisa makanan atau masakan (organik) dari rumah," ujarnya.
Aminudin menjelaskan, jika dikalkulasi sesuai armada pengangkut maka jumlah rata-rata sampah yang diangkut per harinya oleh DLH Labuan lebih dari 35 ton.
"Satu truk itu kubikasi nya itu nyampe 1 ton, dan saat ini kami ada lima truk tinggal dikalkulasi aja 5 truk x 7 ton= 35 ton itu satu kali pengangkutan, kadang dalam satu hari kami 2 kali angkut," ungkapnya.
Untuk jumlah wilayah, Aminudin menyebut, tugas pengangkutan DLH Labuan saat ini melingkupi beberapa kecamatan, diantaranya Labuan, Carita, Patia dan Pagelaran.
"Sebetulnya areanya hanya Labuan, namun kami juga mengangkut sampah di carita, mengangkut sampah di perhotelan dan lokasi wisatanya, sementara pagelaran dan Patia hanya puskesmas saja," jelasnya.
Sementara untuk kendala, lanjutnya, pihaknya hanya mengeluhkan jauhnya jarak tempat pembuangan sampah terakhir yang lumayan jauh.
"Karena sekarang kami membuang sampah dari beberapa kecamatan tadi sangat jauh harus ke Bangkonol, dan itu kan gak cukup satu kali kadang ngangkutnya, itu aja sih, kalau sebelumnya lebih dekat ke Cikedal jadi agak mendingan," imbuhnya.
Terakhir, Aminudin mempersilahkan kepada seluruh warga agar bekerjasama dengan pihaknya keterkaitan dengan pengangkutan sampah.
"Silahkan kalau memang ada sampah kerjasama lah dengan kami, karena kami ada armada untuk pengangkutan baik di permukiman maupun pasar tinggal kontek aja ke kita, kisaran retribusinya sebesar Rp2000 per hari dengan jadwal pengangkutan kalau untuk permukiman seminggu 2 kali," tandasnya.
Sementara itu, Anah (34), salah satu warga, mengeluhkan terkait lambatnya proses pengangkutan sampah di lingkungannya.
"Kan kesepakatannya seminggu 2 kali pengangkutan tapi faktanya kadang dua minggu gak diangkut-angkut, bayangkan sampah gak diangkut-angkut selama berminggu-minggu seperti apa, udah bau, banyak ulet nya juga, pokoknya menjijikan lah, kita mau buang sendiri khawatir di komplen, dilema jadinya," ucapnya.
Anah meminta, kepada DLH Labuan agar komitmen dan rutin dalam pengangkutan sampah, khawatir menimbulkan penyakit.
"Tolong lah ke petugas yang mengangkut sampah agar rutin dalam mengangkut sampah jangan sampai berminggu-minggu gak diangkut-angkut, giliran bayar aja harus sesuai kesepakatan," tandasnya. (ILA)