Aksi Solidaritas Untuk Nelayan Labuan Diwarnai Kericuhan

MenaraToday.Com - Pandeglang :

Terik matahari siang itu tak menyurutkan langkah ratusan nelayan yang berbondong-bondong menuju Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Labuan, Kamis (25/09/2025). Mereka datang dengan wajah serius, sebagian menggenggam poster, sebagian lagi hanya menggenggam erat tangan sesama kawan. Di dada mereka, ada amarah yang bercampur dengan duka. Namun disayangkan, aksi solidaritas yang awalnya berjalan damai ini diwarnai kericuhan. Dimana massa sempat baku hantam dengan aparat kepolisian yang saat itu berjaga. Hal itu diawali dengan saling dorong antar pendemo. 

Massa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Masyarakat Nelayan itu menuntut keadilan untuk almarhum Casmito (50), nelayan Desa Teluk, Labuan, yang tewas setelah kapal kecilnya diduga ditabrak kapal tongkang di perairan Pasauran, Serang, hampir dua pekan lalu.

Di tengah kerumunan, suara Andar Kusnandar, Sekretaris HNSI Labuan, menggelegar lewat pengeras suara. 

“Kami tidak minta yang muluk-muluk. Kami hanya minta kejelasan hukum, santunan untuk keluarga almarhum, dan ganti rugi untuk kapal yang tenggelam,” serunya.

Bagi nelayan, kata Andar dalam orasinya, kehilangan kapal sama artinya kehilangan mata pencaharian. 

“Bagaimana mereka mau kembali melaut, sementara kapalnya sudah hilang di perairan Pasauran? Nahkoda dan ABK yang selamat sekarang tak bisa lagi mencari nafkah,” tambah Andar. 

Otoy, nelayan muda dari Desa Teluk, turut bersuara lantang. 

“Harapan kami sederhana: kapal diganti, keluarga korban diberi santunan. Empat orang yang selamat sudah menyatakan perahu mereka ditabrak tongkang. Tapi sampai sekarang siapa pemilik kapal itu masih gelap,” ujarnya dengan nada kecewa.

Bagi Otoy dan kawan-kawannya, aksi ini bukan sekadar protes, tetapi juga janji untuk terus mengawal kasus hingga tuntas. 

“Intinya itu pertanggungjawabannya. Itu aja,” katanya singkat, namun tegas.

Bagi keluarga Casmito, hari-hari pasca kecelakaan adalah masa penantian penuh cemas. Selama beberapa hari, mereka menunggu kabar di pesisir Labuan, berharap Casmito bisa ditemukan dalam keadaan selamat.

Namun, pada Selasa (16/09/2025) pagi, kabar itu datang dalam bentuk yang paling mereka takuti. Jasad Casmito ditemukan di pantai Desa Tejang, Pulau Sebesi, Lampung Selatan. Tubuhnya digiring ombak, jauh dari tempat kapal Nanjung Sari miliknya karam.

Bagi nelayan Labuan, solidaritas adalah cara bertahan. Mereka tahu, tanpa kebersamaan, suara mereka bisa tenggelam di tengah gemuruh mesin kapal tongkang. Dan di antara pekik tuntutan, nama Casmito menjadi simbol: nelayan kecil yang terenggut di laut, meninggalkan keluarga dan sahabat yang kini berjuang menuntut keadilan. (ILA)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama