MenaraToday.Com - Pandeglang :
Di tengah rimbunnya hutan aren dan hamparan kebun yang menjadi nadi kehidupan warga, sebuah semangat kebersamaan tumbuh subur di Kampung Gula, Babakan Sabrang, Desa Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tahun ini, masyarakat bersama Ekosistem Boeatan Tjibalioeng dan Desa Budaya Cibaliung menggagas sebuah perayaan yang bukan sekadar festival, tetapi juga pernyataan identitas: Festival Aren Musang bertajuk “Menari Nira; Tuntung Pucuk, Tuntung Akar, Talaga Ngembeng.”
Bupati Pandeglang Hj. Raden Dewi Setiani, mengatakan, Cibaliung dikenal sebagai salah satu sentra gula aren yang masih memelihara tradisi produksi secara turun-temurun. Dari proses penyadapan nira, perebusan, hingga pencetakan gula, setiap langkah merupakan pengetahuan leluhur yang dijaga dengan penuh ketekunan.
"Festival Aren Musang bukan hanya ajang hiburan, tetapi panggung edukasi bagi generasi muda untuk memahami rentang panjang perjalanan nira hingga menjadi gula aren berkualitas. Melalui pertunjukan seni, lokakarya, hingga pameran produk, masyarakat meneguhkan bahwa gula aren bukan sekadar komoditas, melainkan simbol kedaulatan pangan dan identitas lokal," kata Bupati Pandeglang, Hj. Raden Dewi Setiani. Sabtu (22/11/2025).
Menurut Dewi, peran ekosistem Boeatan Tjibalioeng terlihat dalam upaya mengintegrasikan aspek keberlanjutan dengan kegiatan budaya. Pendekatan ekologis menjadi fondasi program, mulai dari penguatan pemahaman tentang pentingnya menjaga pohon aren hingga memperkenalkan inovasi turunan produk yang bernilai ekonomi tinggi.
"Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa kearifan lokal dan ekonomi kreatif dapat tumbuh berdampingan. Keberadaan festival menjadi bukti bahwa masyarakat Cibaliung mampu memadukan tradisi dan kemajuan dengan cara yang elegan dan tetap berakar pada nilai leluhur," ujarnya.
Lebih dari sekadar selebrasi hasil bumi, lanjutnya, festival ini mempererat jalinan persaudaraan antarwarga.
"Ini salah satu contoh kekompakan para pemuda yang luar biasa untuk memajukan daerahnya melalui kebudayaan. Kehangatan gotong-royong terasa dari persiapan hingga pelaksanaan, menegaskan bahwa budaya adalah perekat sosial yang kuat," jelasnya.
Inisiatif kolektif ini, masih kata Dewi, menunjukkan bahwa kekuatan komunitas dapat mendorong potensi desa menjadi lebih dikenal, sekaligus membuka peluang ekonomi baru.
"Harapannya, Gula Aren Musang dari Pandeglang semakin mendapat tempat di pasar yang lebih luas dan menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain," tandasnya.
Dewi menambahkan, di tengah tantangan modernisasi dan perubahan lingkungan, masyarakat Cibaliung mengirim pesan tegas: warisan budaya dan ekologi harus dilestarikan.
"Festival Aren Musang menjadi momentum untuk kembali merawat hubungan manusia dengan alam, dari akar hingga pucuk, dari nira hingga gula, dari desa hingga dunia. Kepada masyarakat terus bersemangat untuk memajukan Kabupaten Pandeglang, semoga Desa Cibaliung terus menjadi desa yang maju," pungkasnya. (ILA)
