MenaraToday.Com - Pandeglang :
Suasana pagi di kawasan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) terasa hangat dan penuh kekhidmatan ketika rombongan Lembaga Adat Baduy dari Desa Kanekes tiba untuk melakukan kunjungan khusus, pada Kamis (4/12/2025). Rombongan berjumlah lima orang tersebut dipimpin langsung oleh Jaro Oom, Kepala Desa Adat Kanekes, didampingi oleh anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Lebak, Sarkiman. Kunjungan ini bukan sekadar agenda seremonial, tetapi wujud komitmen masyarakat adat Baduy terhadap pelestarian alam, terutama upaya penyelamatan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang kini berada di ambang kepunahan.
Kunjungan mereka ke JRSCA, lokasi penting bagi program translokasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), menjadi simbol dukungan moral dan spiritual yang kuat dari masyarakat adat. Dalam budaya Baduy, menjaga alam bukan hanya soal fisik, melainkan juga urusan batin dan kelestarian jiwa lingkungan.
Ba’da penjelasan dari pengelola Balai TNUK mengenai kondisi konservasi terkini, Lembaga Adat Baduy menegaskan pemahaman mereka bahwa siklus hidup satwa termasuk badak adalah kehendak alam.
Bahwa semua yang hidup pasti akan mati,” demikian pemahaman yang disampaikan setelah berdiskusi mengenai faktor penyebab kematian badak, seperti penyakit dan usia. Namun demikian, mereka percaya bahwa tugas yang diberikan pada manusia, terlebih masyarakat adat, adalah ngaraksa atau menjaga alam dalam seluruh dimensi, termasuk wilayah Ujung Kulon yang berada dalam cakupan wilayah adat batin Baduy di Banten.
Dukungan ini disambut hangat oleh Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Ardi Andono, S.TP., M.Sc, yang menyampaikan apresiasi atas hadirnya masyarakat adat dalam barisan konservasi.
“Dukungan dari komunitas adat memiliki makna penting, sebagai penguat semangat seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan konservasi, serta sebagai implementasi dari program pagar budaya,” ujarnya.
Ia berharap dukungan moral dan filosofi budaya yang dibawa masyarakat Baduy mampu memperkuat keberhasilan Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa.
"Sebagai salah satu spesies paling langka di dunia, Badak Jawa hanya tersisa puluhan individu di habitat alaminya. Upaya penyelamatan lintas sektor dan lintas budaya menjadi kunci agar satwa kebanggaan Indonesia ini mampu bertahan untuk generasi mendatang," tandasnya.
Kunjungan Lembaga Adat Baduy ke JRSCA hari itu, lanjut Ardi, meneguhkan sebuah pesan, bahwa pelestarian alam bukan hanya tugas ilmiah dan teknis, tetapi juga amanah budaya. Dukungan batin dan spiritual komunitas adat dipercaya menjadi pagar tambahan dalam menjaga keseimbangan alam.
"Dengan hadirnya dukungan lintas elemen masyarakat, termasuk dari komunitas adat, harapan baru muncul untuk menjaga warisan hayati Nusantara, demi anak cucu bangsa. Karena melindungi Badak Jawa berarti melindungi identitas ekologi Indonesia," tutupnya. (ILA)
