MenaraToday.Com - Malang :
Di tengah euforia pergantian tahun baru, ketika sebagian besar masyarakat menikmati libur dan perayaan, para wartawan justru berada di garda terdepan menjaga arus informasi. Profesi jurnalis tak mengenal hari libur, akhir pekan, apalagi cuti bersama. Setiap detik, selalu ada peristiwa yang menuntut kehadiran wartawan untuk mencatat, mengonfirmasi, dan menyampaikan kebenaran kepada publik.
Bagi sebagian wartawan di Malang Raya, Warkop Kopi Pak Sadeng di Jalan Bromo,sukun Kecamatan Kepanjen, menjadi lebih dari sekadar tempat ngopi.
Warkop ini menjelma sebagai ruang aspirasi, diskusi, sekaligus “posko kecil” untuk meramu berita-berita aktual dan kritis.
“Wartawan itu kerjanya bukan jam kantor. Malam tahun baru pun tetap siap liputan kalau ada tragedi, konflik, perampasan, atau dugaan korupsi. Di sinilah kami sering bertukar informasi sebelum rilis berita,” ujar Salah satu wartawan media online yang kerap mangkal di lokasi tersebut.
Menurutnya, pilihan ngopi di Pak Sadeng bukan tanpa alasan. Selain tempatnya luas dan relatif tenang, kopi bercangkir kecil dengan rasa yang kental dianggap mampu menjaga fokus di tengah padatnya aktivitas jurnalistikm
“Kalau kopi encer, cepat ngantuk. Di sini kopinya kecil tapi nendang. Mata terang, otak tetap jalan. Cocok buat nulis dan mikir tajam,” tambahnya sambil tersenyum.
Warkop ini juga menjadi ruang aman bagi wartawan untuk menyuarakan kegelisahan profesi. Mulai dari tekanan lapangan, sulitnya akses informasi publik, hingga tantangan menjaga independensi di tengah kepentingan kekuasaan dan modal.
“Kadang masyarakat butuh wartawan, tapi ketika kami mengungkap fakta, justru dianggap mengganggu. Padahal tugas kami menyampaikan kebenaran. Diskusi seperti ini penting supaya wartawan tetap waras dan berpegang pada kode etik,” ungkap wartawan lainnya.
Di tengah derasnya arus informasi dan maraknya berita pesanan, ruang-ruang sederhana seperti warkop justru menjadi saksi lahirnya berita-berita yang jujur dan berpihak pada kepentingan publik. Dari meja kopi, secangkir keberanian diracik, demi menghadirkan informasi yang aktual, faktual, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menjelang pergantian tahun, para wartawan ini memilih tetap terjaga. Bukan untuk pesta, melainkan untuk memastikan bahwa suara masyarakat tetap terdengar, dan kebenaran tidak ikut libur. (Bonong)
