MenaraToday.Com - Pandeglang :
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai polemik. Kali ini, sorotan datang dari para wali murid yang menilai penyaluran program tersebut tetap dipaksakan di masa libur sekolah, sementara isi paket makanan dinilai tak sebanding dengan anggaran yang digelontorkan pemerintah. Bukan hanya itu, mereka juga protes ubi busuk penuh ulat masuk dalam menu di libur sekolah.
Sontak sejumlah orang tua siswa di Kecamatan Labuan mengaku kecewa dengan kualitas dan komposisi paket MBG yang diterima anak-anak mereka. Salah satunya adalah wali murid di SDN Labuan 03 yang enggan disebutkan namanya. Ia menilai kualitas paket MBG terus menurun dari waktu ke waktu.
“Parah, makin ke sini isi paketnya makin tidak sesuai. Ini bukan MBG tapi lebih ke isi makanan acara tahlilan,” ujarnya kepada menaratoday.com. Selasa (30/12/2025).
Menurutnya, paket MBG pada minggu kedua jauh lebih sederhana dibandingkan minggu sebelumnya. Ia merinci isi paket yang diterima anaknya, antara lain tiga bungkus kue bolu, satu buah pisang ambon, satu bungkus kacang polong, satu buah ubi, satu buah jeruk, satu bungkus telur puyuh berisi empat butir, serta satu bungkus abon.
Keluhan serupa disampaikan Tika (bukan nama sebenarnya), wali murid lainnya. Dengan nada kecewa, ia menyebut paket MBG kali ini bukan berupa nasi, lauk dan sayur, seperti sebelumnya, melainkan paket makanan kering yang diperuntukkan selama dua hari.
“Kalau dibilang untuk pemenuhan gizi, menurut saya jauh. Menunya enggak jelas, mana bolu kukusnya berjamur,” kata Tika.
Ia bahkan mengaku menemukan kondisi makanan yang tidak layak konsumsi. Ubi yang diterima dalam paket disebutnya sudah busuk dan ber-ulat.
“Dapat telur puyuh rebus dan ubi yang busuk gitu, banyak ulatnya. Akhirnya banyak yang enggak termakan,” ujarnya.
Di tengah masa libur sekolah, Tika juga mempertanyakan nasib paket MBG yang tidak diambil atau tidak dikonsumsi. Menurutnya, tidak pernah ada penjelasan resmi terkait mekanisme pengelolaan paket yang tersisa.
“Saya juga enggak tahu kalau enggak dimakan itu dikemanakan. Yang jelas, banyak yang ke buang,” ungkapnya.
Penyaluran MBG saat libur sekolah dinilai turut membebani orang tua karena mereka harus mengambil paket makanan langsung ke sekolah. Meski Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut pengambilan paket MBG tidak bersifat wajib selama masa libur, sebagian wali murid tetap merasa program ini terkesan dipaksakan.
Tika mengaku sejak awal sudah berniat tidak mengambil paket MBG tersebut. Alasannya, banyak orang tua yang memilih bepergian atau pulang kampung saat libur sekolah.
“Banyak orang tua juga sudah niat enggak ambil. Kalau mau jalan-jalan atau pulang kampung, MBG-nya ya ditinggal,” tuturnya.
Kondisi tersebut dibenarkan oleh Kepala Sekolah SDN 3 Labuan, Aat Supriatna, S.Pd., Saat dikonfirmasi terkait bentuk dan isi paket MBG yang dibagikan selama masa libur, ia membenarkan keluhan para wali murid.
“Iya seperti itu yah dari sana nya,” jawabnya singkat.
Polemik ini menambah daftar kritik terhadap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis, mulai dari ketepatan waktu penyaluran, kualitas makanan, hingga potensi pemborosan anggaran akibat paket yang tidak tersalurkan secara optimal. (ILA)


