MenaraToday.com Banyuwangi :
Kontroversi tentang figur penari mirip gandrung ber makeup layaknya Zombie. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi M. Yanuar Bramuda menyebut,itu sebuah event pentas seni makeup dan cosplay ‘Ghost Mania Festival’ yang membawa figur penari mirip gandrung yang ber-makeup layaknya Zombie (mayat hidup dalam film horor, red) adalah murni workshop.
“Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) mengatakan bahwa ini merupakan kegiatan murni workshop di 10 kota. Termasuk Banyuwangi,” ucap Yanuar Bramuda, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Selasa (14/1/2020) kemarin.
Dipilihnya Gandrung, Bramuda menjelaskan bahwa, di setiap kota terpilih memang menggunakan simbol atau ikon daerah masing-masing. Tentunya, dengan memilih ikon daerah akan membuat sesuatu hal yang menghebohkan.
“Jadi memang tujuannya itu. Ini karya seni, bukan sekedar kita mau mengekploitasi budaya yang nanti menjadi sesuatu hal di representasikan oleh banyak orang,” kata Bram.
Akan tetapi ajang ini adalah suatu hal yang direpresentasikan menjadi sebuah ikon untuk dijadikan karya seni. Agar Gandrung betul-betul memiliki nilai lebih di mata seni. Bukan hanya sekedar menari saja.
“Itulah pendapat dia (PARFI),” ujarnya.
Dari penjelasan PARFI tersebut, Bramuda melihat tidak adanya unsur kesengajaan. Ataupun unsur yang memang direkayasa untuk melecehkan budaya di Banyuwangi.
“Sebetulnya tidak ada keinginan niat untuk mendeskreditkan atau meletakkan Gandrung pada posisi yang tidak terhormat,” katanya.
Meskipun cosplay Gandrung zombie menuai kontroversi di media sosial saat ini, namun Bramuda tidak melihat dampak kerugian Pemkab Banyuwangi akan hal tersebut. Menurutnya, program PARFI kedepan tidak hanya berhenti disini saja.
“Kita melihat jauh lagi ke depan. Bahwa PARFI akan memiliki program-program unggulan untuk film yang ada di Banyuwangi,” paparnya.
Bramuda berpendapat, dibutuhkan sebuah kedewasaan untuk menyikapi hal-hal kecil. Selama tidak merugikan banyak orang, menurutnya ini haruslah dilihat dari tujuan ke depan yang jauh lebih hebat lagi. Bahwa Banyuwangi bakal dijadikan sebagai kota perfilman. Mengingat, potensi Kabupaten berjuluk Negeri Festival ini sangatlah luar biasa.
“Jadi rencana besar ini jangan sampai hilang gara-gara polemik seperti ini,” tegasnya.
Namun, berkaca dari kontroversi yang terjadi, tentunya ini menjadikan pelajaran khusus bagi PARFI. Agar ke depan lebih berhati-hati dalam membuat suatu event.
“Ya sebelumnya harus diskusi dengan temen-temen kesenian Blambangan atau dengan Dinas Pariwisata untuk lebih mengoptimalkan rencana kegiatan,” katanya.
Banyaknya protes masyarakat mengenai penari Gandrung berparas zombie ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi akan melakukan sebuah diskusi. Rencana, akan dihadiri oleh masyarakat dan melibatkan sejumlah seniman Banyuwangi. ( S.Rifai )