Keterangan Gambar : Wakabid Pora DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang, Abdul Qodir (Foto : Yasin) |
MenaraToday.Com – Malang :
Pemerintah
sudah menunda Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).
Namun, perdebatan dan penolakan terus di suarakan. Bahkan berujung pembakaran
bendera PDI Perjuangan oleh sekelompok oknum ormas.
Merespon
tindakan tersebut, Wakabid Pora DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang, Abdul
Qodir, menganalogikan tindakan tersebut dengan 'gatal di kaki kepala yang di
garuk'.
"Kenapa
demikian karena PDI Perjuangan melalui Bapak Sekjen dan Ketua DPP (Hasto
Kristianto dan Ahmad Basarah) dalam setiap kesempatan sudah sering
mengklarifikasi dan menyampaikan pokok pokok pikiran partai terkait RUU HIP
tersebut," ujarnya, Jumat (26/06/2020).
"Terlebih
juga sudah jelas dan terang benderang dimana posisi PDI Perjuangan bukan
pengusul tunggal RUU HIP tersebut, jika masih ada kelompok yang belum jelas,
patut di duga mereka sengaja tidak mau paham dan terus berupaya menghasut dan
menyesatkan pikiran-pikiran publik" tambah Abdul Qodir.
Pria yang
akrab disapa Cha' Adeng itu mengatakan kejadian itu dijadikannya sebagai
momentum merawat kesabaran, sembari menunggu instruksi Ketua Umum PDI
Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Kader
PDI Perjuangan sudah terlatih berjalan dilorong kesunyian, merasa tidak punya
teman dalam perjuangan dipenghujung pemerintahan otoriter yang berkuasa saat
itu," pungkas Adeng.
Lanjut Adeng,
sebagai partai pewaris ideologis Bung Karno, suluh perjuangan yang beliau
nyalakan sudah dimulai dari keterasingan, dan sampai akhirnya kembali lagi
diasingkan.
"Maka
buat kami, adanya upaya membuat kami terasing dan kesepian, kami respon sebagai
pertanda jalan perjuangan Kami Insya Allah diridhoi Tuhan," ujarnya.
"Kami
sadar bahwa ujian sebagai partai pemenang pemilu, terlebih kegigihan kami dalam
menjaga Pancasila dan keutuhan NKRI, pastinya ada pihak yang berusaha
menciptakan suasana wajah kami tegang, karena menemukan diri kami berada di
bawah tekanan dan penindasan dari suatu kelompok ormas yang lalim. Yang
memperlakukan secara sangat tidak adil, penuh kebohongan dan manipulasi,"
lanjut Adeng.
Ia mengaku
tidak akan membalas dengan hal yang sama, namun akan membalasnya dengan
mencintai kelompok yang berusaha menindas partainya, yang berbuat tidak adil
kepada partainya, dengan cara mengambil jalan hukum. Supaya, kata Adeng, mereka
sadar bahwa hanya kelompok yang lemah yang merasa perlu menindas partainya.
"Mereka
ingin memperoleh kepercayaan diri bahwa mereka kelompok kuat, dan ingat, hanya
kelompok yang merasa tidak aman yang berbuat lalim kepada kelompok lain, karena
ia hanya meyakini bahwa kelompok yang berhasil dilaliminya pastilah tidak mampu
membuatnya tidak aman".
"Kami
mengasihani kelompok semacam ini, makanya kami ambil jalan hukum, karena salah
lalu mendapat hukuman artinya kami sudah menjukkan jalan kebenaran kepada
mereka, sebab membiarkan kesalahan dan mendiamkannya adalah bentuk pembodohan,
itulah cara kami dalam menjalankan fungsi partai memberikan edukasi
politik," bebernya.
Menurut Adeng,
kader PDI Perjuangan adalah orang-orang yang berjiwa besar dan tidak akan
membiarkan dirinya ditekan oleh kesedihan, ketegangan atau rasa frustrasi atas
perlakuan kelompok-kelompok yang kemaren telah membakar panji-panji kebesaran
partai berlambang banteng moncong putih itu.
Karena
menurutnya, upaya menumbangkan kekuasaan, dengan tujuan berkuasa melalui cara
inkonstitusional hanyalah upaya provokasi dan agitasi sesat.
"Hari ini
kami tetap menegakkan kepala, dan akan terus mengibarkan Bendera Banteng
Moncong Putih, sebagai wujud sukur karena Tuhan masih menganugerahi kami jiwa
besar," pungkasnya.
Terakhir,
Adeng mengungkapkan mengapa dirinya rela mengabdikan diri terhadap PDI
Perjuangan.
"Buat
saya, menjadi merah PDI Perjuangan adalah pilihan sejarah, terbui, terbuang
bahkan terbunuh dalam kegagahan oleh lawan adalah hal yang membanggakan, dibanding
rengekan sampai akhirnya tak dibunuh oleh lawan. Kami memilih jalan martabat
atas prinsip, bukan keselamatan hidup tanpa prinsip," tutup Abdul
Qodir.aPembakaran Bendera membuat anal sama Gatal di Kepala, Kaki Yang Digaruk (Yasin)