Keterangan Gambar : Air akibat banjir menggenangi rumah warga (Foto : F@dly) |
MenaraToday.Com – Palu :
Diantara
ratusan masyarakat Ibu Kota Kabupaten Pulau Taliabu yang berpusat di Kota
Bobong, tentunya mengharapkan suatu perubahan dari peristiwa yang lumah terjadi
berulangkali.
Secara garis
besar, peristiwa yang seringkali terjadi dan menimpa sebagian masyarakat adalah
"genangan air" yang hadir ketika cuaca tak bersahabat dengan wilayah
(musim hujan), sehingga sebagian kecil memungkinkan masyarakat untuk melakukan
evakuasi diwiliyah tak terdeteksi genangan air pada umumnya.
Sudah tentu,
hal ini akan ditanggap dengan segala responsif dari Instansi terkait untuk
melindungi warga dan masyarakat sekitarnya yang membutuhkan pembenahan terhadap
suatu peristiwa tersebut.
Kepala Badan
Penanggulangan Benca Daerah (BPBD) Pulau Taliabu,
Sutomo
Teaponsaat dikonfirmasi MenaraToday.Com mengucapkan bahwa pihaknya sudah
melakukan upaya preventif dengan membuka 8 titik saluran air yang menyumbat.
sehingga volume air bisa teratasi pada wilayah rumah yang langganan terendam
air.
"Perbaiki
saluran yang tersumbat untuk aliran air, sudah 8 titik," kata Sutomo pada
media ini, Via WhatsApp, Rabu (24/6/2020) kemarin.
Selain itu,
dengan tanggal yang sama, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
Kabupaten Pulau Taliabu, melalui Kepala Bidang Sumber Daya Air, Amin Ata Sahafi
mengatakan bahwa, terjadinya genangan air dibeberapa titik ini disebabkan
tersumbatnya material pada jalur drainase.
"Perlu
kami sampaikan juga bahwa masalah banjir di bobong saat ini adalah air membawa
pasir dari gunug merah senhingga ada peyumbatan di drainase jadi ketika
drainase sudah penuh maka air meluap," kata Ata.
Perlu
diketahui bersama bahwa, sejauh ini kegiatan meminimalisir persoalan banjir di
Kota Bobong telah dilakukan, namun menyisakan pertanyaan besar ada apa sehingga
masih terpendam keluhan dari beberapa masyarakat terkait peristiwa tahunan ini.
Salah satu
sampel keluhan itu datang dari seorang Ibu rumah tangga yakni Ibu Agum, yang
bercerita panjang tentang keadaan diwiliyah rumahnya, yang menurut catatannya
tahun ini merupakan peristiwa banjir yang paling terparah memasuki lantai dalam
rumahnya.
"Karena banjir
kali ini yang parah, pakaian dalam lemari (dirumah) yang paling bawah basah,
setiap tahun dibulan Juni musim hujan pasti banjir. Banjir ini parah mulai
tahun 2015, sejak dibuat timbunan dibelakang kantor bupati jadi air tidak
mengalir ke laut lagi, tambah parah adanya timbunan kantor Dewan sejak itu
tidak ada solusi," ungkap Agum saat dikonfirmasi, Sabtu (27/6/2020).
Keluhan itu
semakin tertekan kondisi, dirinya pun lewat media ini mengambil pintu
perwakilan sebagai masyarakat terpapar banjir, untuk mengusulkan kepada pihak
yang membidangi pekerjaan terkait banjir dengan mempertegas mencari solusi
untuk nilai inovatif yang tidak monoton pada penggalian Got (selokan - red).
"Saya
dalam satu minggu ini air masuk dalam rumah sudah 3x, mewakili semua yang
terkena banjir, ini bukan lagi setiap hujan BPBD dan Dinas PU-PR cuma gali got
(selokan - red) saja, sekarang sudah harus cari solusi air mau di alihkan ke
mana, kalau setiap hujan BPBD dan PU-PR cuma gali got, itu bukan solusi," tegasnya (F@dly)