Oleh : Desi Puspita Sary & Yuliza Anggraini, Mahasiswa : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Perintis Padang
Dari judul nya penasaran gak sih? Hal sepele tapi berbahaya, ada yang tau? Hm...pernah lihat orang dijalan atau bisa dibilang anak jalanan lagi megang plastik bening yang didalamnya ada isi warna putih atau kekuningan? Terus plastiknya dihirup-hirup ? Pasti pernah kan.. Yaps, itu dia hal sepele tapi berbahaya yang dimaksud pada artikel ini, yaitu Ngelem. Ngelem merupakan penggunaan NAPZA ( Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif ) jenis lem dengan cara dihirup hingga kondisi tertentu dan berpotensi amat kuat untuk menimbulkan ketergantungan bagi pengguna.
Salah satu kelompok yang paling rentan terhadap penggunaan atau penyalahgunaan NAPZA adalah kelompok remaja, mereka sangat rentan terutama NAPZA Inhalansia yang relatif murah dan mudah di dapat.
Inhalansia itu apa sih ? Inhalansia itu merupakan salah satu dari jenis NAPZA yang mengandung zat kimiawi yang mudah menguap dan bersifat psikoaktif. Umumnya digunakan oleh anak dibawah umur atau golongan kurang mampu seperti anak jalanan.
Zat Inhalansia sendiri biasanya terdapat dalam barang yang lazim digunakan dalam rumah tangga sehari-hari salah satu contohnya yaitu lem.
“Kenapa bisa remaja sih yang paling rentan?”, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa puber atau menuju dewasa. Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai masa yang penuh energi, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki pertimbangan yang matang, mudah terpengaruh lingkungan, nekat, berani, emosi tidak stabili, selalu ingin mencoba dan tidak mau ketinggalan.
Nah pada masa-masa inilah remaja merupakan kelompok yang paling rawan melakukan penyalahgunaan NAPZA.
Timbul pertanyaan lagi nih, “kan itu hanya lem sering juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari lalu apa bahayanya?.
Perlu diketahui, perilaku menghisap lem merupakan bentuk perilaku menyimpang karena melanggar norma dan nilai tertentu. Lem adalah alternatif lain yang digunakan anak jalanan untuk dapat merasakan sensasi, halusinasi bahkan efek nyaman (fly) yang dapat membuat pikiran mereka menjadi tenang dan merasa seperti lupa akan semua persoalan hidup yang mereka hadapi.
Mengingat kemungkinan untuk mendapatkan narkotika dan obat terlarang lainnya yang cukup sulit, karena mungkin kondisi ekonomi dan juga legalitas dari barang tersebut. Jenis lem yang banyak digunakan dalam melakukan aktifitas ngelem yakni lem jenis fox, aibon, lem perabotan atau lem alat rumah tangga, dan lain-lain. Lem ini mengandung bermacam-macam zat kimia yang sangat berbahaya jika dikonsumsi atau masuk kedalam tubuh, karena uap solven tersebut bisa terakumulasi di jaringan tubuh, dan jika terhirup terus menerus bisa memberikan efek jangka panjang.
Di antaranya adalah kerusakan otak (cepat pikun, parkinson dan kesulitan mempelajari sesuatu), jantung, paru-paru, otot melemah, depresi, sakit kepala dan mimisan serta kerusakan saraf yang dapat memicu hilangnya kemampuan mencium bau dan mendengar suara, bahkan virus pun akan lebih mudah masuk kedalam tubuh mereka (penghisap lem). Tidak hanya menyerang fisik, melainkan juga pada mental, emosional dan spiritual mereka pun akan ikut terganggu. Dan juga jika seorang penghisap lem sudah berada di fase ketergantungan maka akan muncul gejala-gejala putus obat (with drawal symptoms) yaitu gejala yang muncul ketika dihentikannya pemakaian NAPZA tersebut.
Gejala yang sering muncul meliputi kepala terasa pusing, perasaan tidak enak ketika bernafas tanpa mencium bau lem, mencoba mencari alternatif lain ketika tidak memperoleh lem (misalnya seperti bensin), merasa ingin terus meludah, gatal-gatal pada hidung, merasa lemas, dan seluruh badan terasa sakit.
“Tapi kenapa? Apa alasannya?. Nah perilaku ngelem, khususnya pada remaja memiliki banyak faktor penyebab. Penyebabnya antara lain karena kurangnya pengetahuan, rasa penasaran, untuk menghilangkan rasa lelah dan stress, rasa lapar atau juga menjadi solusi jangka pendek (sesaat) akibat adanya tekanan-tekanan yang dialami. Misalnya tekanan pekerjaan, pendidikan, percintaan, tekanan dari kondisi ekonomi dan tekanan dari permasalahan keluarga.
Penghisap lem akan merasa bahwa ngelem mampu mengendalikan atau menghilangkan semua tekanan-tekanan yang ada dalam dirinya, hal ini terjadi karena kandungan Lysergic Acid Diethyilamide (LSD) yang terdapat pada lem. Semua zat psikoaktif (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter (yang paling berperan dalam terjadinya ketergantungan yaitu dopamine dan serotonin). Selain itu kebiasaan untuk ngelem juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan lingkungan seperti terpengaruh dengan teman-teman yang lain sebagai bentuk dari solidaritas diantara anak-anak jalanan, atau teman sepermainan. Bahkan yang parahnya lagi terkadang ngelem juga sering kali dijadikan syarat untuk diterima dalam pergaulan ataupun komunitas tertentu loh.
Tapi tenang semua ini bisa dicegah, dimulai dari kelompok kecil yang sangat berharga yakni keluarga. Perhatian dan kasih sayang keluarga sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak, namun jika seseorang anak tidak memiliki hubungan keluarga yang harmonis maka anak akan cenderung mencari tempat dimana dia mendapatkan perhatian, ketenangan dan kesenangan di luar rumah seperti di jalan dan bergaul dengan anak jalanan lainnya, teman sebaya yang membuat dirinya merasa dihargai dan membuat anak merasa memperoleh kesenangan dan ketenangan memalui teman sebayanya itu.
Oleh karena itu sebaiknya kita saling menyayangi, mengasihi, mengayomi dan perduli terhadap sesama anggota keluarga. Dan juga penting untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekitar (agar tidak mudah terpengaruh kedalam perilaku menyimpang) serta perlu diberikannya edukasi atau pengetahuan tentang bagaimana dampak penyalahgunaan ini. (**)