Lakukan Survey Di Labuan, BMKG Nyatakan Banyak Rambu Evakuasi Yang Hilang

MenaraToday.Com - Pandeglang : 

Balai Besar Wilayah II Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) II Tanggerang melakukan simulasi dan observasi di Kecamatan Labuan. Hal ini dikatakan Hendro Nugroho Kepala Balai Besar Wilayah II BMKG menindaklanjuti instruksi kepala BMKG pusat terkait kerawanan tsunami di wilayah selatan Banten. Selasa (04/5/2021).

 "Telah dilakukan survey lokasi oleh kami, apakah pemodelan yang dibuat sama dengan fakta yang ada di lapangan," demikian dikatakan Hendro Nugroho

Lebih lanjut Nugroho menyampaikan, maksud kedatangannya ke Pandeglang adalah untuk melihat kesiapan siagaan resiko bencana. 

"Langkah kontigensi harus disiapkan, banyak rambu evakuasi yang sudah hilang ini harus disiapkan karena kita survey lapangan berdasarkan permodelan," lanjutnya

Dugaan itu Kata Nugroho, ada di selatan banten, Ini fakta yang harus dihadapi sebagai wakil masyarakat, yang dapat kita lakukan saat ini melakukan mitigasi bencana.

Untuk mengetahui kekuatan gempa yang ditimbulkan akibat patahan, menurut nugroho pihak BMKG sudah memasang alat pendeteksi gempa yang dinamakan sismograf. 

"Dari sejak tahun 2018 hingga 2020 sudah ratusan sismograf yang dipasang oleh BMKG di seluruh Indonesia, untuk Pandeglang kita pasang di Kecamatan Sumur dan Cigeulis,"pungkasnya.

Suwardi Kepala Stasiun Geofisika Tanggerang mengatakan, jika adanya potensi tsunami itu bukan hanya sebuah kajian, melainkan memang bisa saja terjadi kapanpun. Namun, kata Suwardi tidak ada satupun yang bisa memprediksi kapan itu terjadi.

"Kita lakukan survey baru di Labuan yang kemarin juga pernah diterjang tsunami, kita pelajari apa yang terjadi tahun lalu agar bisa memitigasi hingga tempat evakuasi," ujarnya.

Untuk wilayah selatan banten, dikatakan Suwardi pihaknya tidak hanya ke Pandeglang, hal serupa juga akan disampaikan ke Kabupaten Serang maupun Kabupaten Lebak. 

"Kita sampaikan secara simultan untuk memitigasi, jika prediksi ilmuan itu terjadi bisa mengantisipasi, Jika terjadi gempa dalam kurun waktu 20 detik terus menerus terjadi, diharapkan masyarakat segera lari dari pesisir pantai tanpa menunggu serine berbunyi,"sambungnya.

Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, apa yang disampaikan oleh BMKG tidak pernah terjadi di Pandeglang. Kendati demikian, menurutnya apa yang disampaikan BMKG bukan tanpa sebuah kajian. 

" Kita harus belajar dari tsunami dan memitigasi, pelatihan tentang kebencanaan dilakukan kita mohon dukungan dari BMKG dan BNPB," katanya.

Bupati menambahkan, pihak BMKG memberikan sebuah gambaran yang dapat dilakukan oleh Pemda Pandeglang, jika memang harus memakan biaya besar pihaknya akan meminta dukungan dari BNPB karena anggaran daerah tidak memadai.

"Kita akan bersurat ke BNPB untuk mendukung kami sehingga mitigasi bencana dapat dilakukan sedini mungkin, Saya harap ada pelatihan khusus masyarakat kami, agar masyarakat dapat dipastikan sampai ke titik aman atau bisa mencapai ketempat evakuasi," imbuhnya.

Bupati berharap, EWS atau sistem peringatan dini yang sudah dipasang oleh BMKG dan BPBD Provinsi bisa berfungsi dengan baik.

 "Ini sangat penting untuk memberitahukan jika memang bencana akan terjadi," pungkasnya. (Ila)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama