PB GEMKARA Persoalkan Kebijakan Bupati Merubah Warna Khas Kabupaten Batu Bara



MenaraToday.Com - Batu Bara : 

Ciri khas merupakan suatu ciri yang khas atau jarang bahkan tidak dimiliki oleh yang lainnya.

Seperti halnya di Kabupaten Batu Bara, dulu pasca daerah tersebut mekar dari Kabupaten Asahan, Pemkab Batu Bara ini memiliki ciri yang khas atau keunikan, salah satunya seperti simbol jempol tangan yang berdiri tegak di atas gedung dinasnya. Selain itu Pemkab Batu Bara juga memiliki warna khasnya yaitu biru dan kuning.

Namun belakangan ini dibawah kepemimpinan Ir. H. Zahir, M. Ap, keunikan-keunikan itu mulai nyaris berubah. Bahkan warna yang khas biru kuning pun sekarang sudah berubah menjadi putih.

Menanggapi perihal tersebut Ketua Umum PB GEMKARA Drs. Khairul Muslim menegaskan bahwa pihaknya saat ini sedang menyusun usulan terkait amandemen Perda Kabupaten Batu Bara No. 5 Tahun 2009.

"Jadi sebenarnya ciri khas Batu Bara itu bisa kita peroleh dari penentuan lambang daerah. Perda Kabupaten Batu Bara No. 5 kalau tidak salah tahun 2009 telah diterbitkan oleh Pemerintah Daerah tentang logo Batu Bara yang ada sekarang ini. Namun saya melihat dan mengamati dalam Perda itu belum sepenuhnya terakomodir apa yang menjadi karakter dari bumi Batu Bara ini, karakter masyarakat Batu Bara ini," tegasnya pada Wartawan, Rabu (8/6/2022).

Lebih lanjut dikatakan Khairul Muslim, untuk menyempurnakan usulannya itu pihaknya tidak mau gegabah.

"Nah, oleh sebab itu Gemkara kemarin, ketika ada Pemkab mau menggelar sayembara logo Kabupaten Batu Bara itu saya tentang. Masa mau merubah lambang daerah sama seperti lambang negara hanya melalui sayembara. Nah oleh sebab itu Alhamdulillah Pemkab merespon aspirasi masyarakat itu agar itu ditunda, oleh sebab itu sekarang Pemkab telah menundanya.

Sayembara logo itu hanya 3 hari, apa maksudnya, kalau mau merubah logo Kabupaten Batu Bara, maka harus dilakukan sebuah kajian akademis, kajian sejarah. Baik itu aspek historis, geografis, kultural, dan politis. Itu harus dikaji. Nah oleh sebab itu kemarin Gemkara menggagas dibentuklah tim penyusunan sejarah Kabupaten Batu Bara, dan ini sedang berjalan. Nantinya ketika kita menyusun sejarah Batu Bara itu mungkin dari aspek kultural, historis, dan aspek perjuangan sampai sejauh mana perjuangan rakyat melakukan pemekaran Asahan jadi Batu Bara. Nah ini nanti akan kita susun, Jadi menyusun ini bukan hanya pandai-pandainya Gemkara dan seluruh elemen masyarakat di Batu Bara itu. Kita harus melibatkan seluruh elemen masyarakat Batu Bara dan juga para akademisi, pakar-pakar sejarah, pakar-pakar budaya dan nantinya setelah disusun lengkap oleh tim penyusun maka kita akan gelar seminar sebagai uji publik terhadap penyusunan sejarah tersebut. Ini sangat penting sehingga dari itulah nanti akan lahir sejarah untuk disampaikan kepada Bupati dan Bupati akan menyampaikannya ke DPRD, begitulah mekanismenya sehingga akan dilakukanlah amandemen perda nmr 5 tahun 2009 tadi. Apa itu isinya?, tulisan-tulisan yang ada di logo Batu Bara itu dan kemudian gambar keris dan lain sebagainya yang ada di logo itu akan dikaji," jelasnya.

Khairul pun kembali mempertegas penjelasannya tersebut.

"Intinya belum maksimal, Kita berkepentingan dan akan mengusulkan," tegasnya.

Kemudian saat disinggung mengenai simbol jempol tangan di atas gedung kantor dinas Khairul Muslim menegaskan bahwa itu asal-asalan dan tidak memiliki makna filosofis serta penetepan nya kemarin karena terburu-buru.

"Itu jelas tidak mempunyai makna filosofis. Itu kan asal-asalan aja. Nah makanya seharusnya ornamen kantor Batu Bara itu kita buat apa, kalau di Simalungun kepala kerbau, kitakan belum, jangan asal-asal meletakkab (buat) tanpa makna filosofis. 

"Dulu zaman-zamannya OK  Arya sebagai Bupati kita kan tengah pemekaran jadi euforia lah sementara Pemerintah juga ingin lambang daerah itu gimana. Jadi ini dalam keadaan terburu-buru, Euforia, semangat, jadi pemikiran Bupati (OK Arya) dan kawan-kawan ya udahlah kita buat seperti ini," jelasnya.

Saat disinggung terkait keikutsertaannya dalam merumuskan itu, beliau mengatakan dirinya tidak terlibat.

"Saya kemren itu gak ikut yang ada Sarkowi pada masa itu anggota DPR juga Zahir saat menjabat DPR, juga OK Faizal. Nah kenapa mereka tidak berpikir (pada masa itu) karena suasananya. Jadi sekarang ini udah ada kesadaran kita bagaimana membuat lambang daerah itu sesuai dengan karakter, watak nilai-nilai filosofi luhur bumi Batu Bara ini," tegasnya.

Pria yang akrab disapa Bang Khairul itu juga menegaskan bahwa pihaknya hanya ingin menyempurnakan.

"Jas merah jangan kita lupakan sejarah. Kemarin OK Arya menginisiasi pembuatan itu tapi kurang sempurna jadi ini bahasanya menyempurnakan yang ada sesuai dengan bagaimana sebenarnya," ucapnya.

Namun, saat ditanya mengenai Warna khas yang berubah menjadi putih, Khairul terkesan tidak terima dan menganggap Pemerintah sekarang tidak peka.

"Warna Biru artinya laut, kuning artinya melayu barangkali itu yang bisa saya pahami. Nah, bisa putih itu kita tidak tahu, artinya Pemerintah sekarang ini tidak peka terhadap sesuatu. Saya terus terang aja. Kenapa bisa muncul putih sementara dulu biru kuning. Masyarakat atau Pemerintah tidak boleh suka-suka hatinya. Mari kita ikuti yang kemarin. Ini merupakan tanggung jawab Pemerintah untuk konsisten terhadap produk yang lalu. Meskipun warna itu mungkin tidak masuk dalam perda atau mungkin kebijakan dimasa OK Arya. Hargai itu. Jangan diubah-ubah, jangan di cat-cat itu, makanya kita harus menghargai sejarah. Kita minta Pemkab kembalikan lagi warna itu. Artinya dalam konteks menghargai sejarah. Kita harus menghargai perspektif sejarah," tegasnya.

Demikian pula dikatakan oleh Tokoh Politik M. Rafik yang mengharapkan agar Pemerintah sekarang dapat meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dalam pembangunan Pemkab Batu Bara.

"Terkait perubahan logo pemerintah harus bijak karena dari ciri khas Batu Bara yang selama ini ada historis sejarah berdirinya Kabupaten Batu Bara, dari warna dan lambang jempol Batu Bara emang ok, itu punya makna tersendiri. Batu Bara ok itu artinya bukan personal OK Arya tapi Batu Bara ok dengan lambang jempol itu melambangkan masyarakat Batu Bara emang ok kuat, semangat pejuang, berbudaya dan religius. Maka kita minta Pemerintah Batu Bara yang sekarang bisa merawatnya bukan mengganti. Ditambah jargon baru seperti Batu Bara Bisa yang hari ini menjadi jargon Pak Bupati (Zahir) itu baik tapi sebaiknya bisa melanjutkan tongkat estafet pembangunan Batu Bara dari Bupati sebelumnya ada 2 Pjs dan ada 1 Bupati depenitif yang jargonnya Sejahtera Berjaya yang itu diramu bersama saudara kita Gemkara dan pak OK Arya sebagai pejuang dan Bupati depenitif pertama," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan M. Rafik, dirinya menganggap bahwa saat ini Pemkab Batu Bara melakukan pemubajiran Anggaran.

"Terkait gonta-ganti warna saya pikir itu pemubajiran Anggaran, masih banyak lagi yang perlu di tata dari pada buang anggaran untuk ganti warna," tegasnya. (Dwi)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama