Sepenggal Kisah Suka dan Duka Seorang Jurnalis

Oleh  : Rakiyah / Lilik

Jurnalis MenaraToday.Com Biro Indramayu

Kisah perjalanan hidup saya yang panjang dan melelahkan, bergerak dengan segala kekurangan, rasa percaya diri agar saya bisa menjalani tugas ini.

Serangkaian usaha dan upaya yang tak pernah mengenal lelah, sudah berapa kali saya mengalami jatuh bangun, namun saya tetap tekun dan tidak menyerah untuk meliput berita dirawan konflik ini.

Ketika saya gagal, tidak meratapi kegagalan, saya harus segera bangkit kembali dan berjuang untuk meningkatkan kualitas diri. Hanya menunggu dan bergerak ragu-ragu, saya tetap melangkah dengan penuh percaya diri. “kalau gagal tidak patah semangat.

Keterbatasan ekonomi seringkali menjadi penghalang bagi saya,  namun saya tidak pernah putusasa menjadi seorang Jurnalis yang ditempatkan dirawan konflik untuk meliput berita.

Saya suka menulis apa yang saya rasa sesungguhnya lega, jika harus mengeluarkan isi hati saya lewat tulisan. Menulis adalah sebuah kebebasan, dan saya adalah satu dari sekian banyak orang yang ingin bebas.

Kendatipun demikian, saya sebagai seorang penulis, tidak dibenarkan mengganggu atau mengolok- olokkan orang lain lewat tulisan, menulis adalah modal utama saya untuk menjadi seorang jurnalis.

Saya terus menulis, menulis apa saja asalkan ada fakta dan sesuai dengan realita yang ada. Dengan menulis saya bisa mengungkapkan pedihnya hidup petani kecil yang kurang mendapatkan keadilan, menuangkan air mata lewat aliran tinta, 

Tekad kuat dan keinginan yang dalam, diiringi dengan semangat dan kesabaran ekstra, karena untuk menjadi jurnalis saya masih bagaikan biduk kecil ditengah lautan lepas, melawan ombak-ombak besar dan ganas, yang siap menenggelamkan saya kedasar lautan yang tak bertuan.

Saya seorang jurnalis dituntut untuk bekerja tak kenal waktu, jam kerjanya sungguh tak beraturan, dituntut untuk dapat beradaptasi dalam beragam bidang. Dituntut untuk membongkar fakta dan mencari kebenaran.

Saya adalah patualang  yang selalu menginginkan hal-hal yang baru, mencari tahu tentang semua itu, dan memberikan imformasi kepada khalayak tentang kebenaran.

Seberat apapun kehidupan menjadi seorang Jurnalis, saya tetap setia dengan pekerjaan ini. namun saya harus kembali untuk berjuang, bagaimana mencari makan, menghidupi keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak di rumah.

Memang ada ungkapan, “kehidupan ini sudah diatur oleh yang di Atas”. Pernyataan klise ini sering saya dengar, tapi, apakah saya harus tetap menjadikan pernyataan itu sebagai pegangan. Tentu tidak bisa.! “Orang kerjanya setiap hari gendong tangan seperti memelihara tuyul” dari mana rezeki akan datang tampa dicari, usaha dan bekerja. 

Saya sering jalan-jalan atau berkeliling dari kampung keluar kampung, dari pelosok keluar pelosok, dan dari kota sampai ke desa-desa sapai di wilayah rawan konflik untuk mendapatkan berita. 

Saya menikmati banyak kebebasan dalam kegiatan sehari-hari, bisa bertemu dengan orang penting, membuat hidup saya menjadi lebih bermakna, tidak mudah untuk menjadi seorang Jurnalis yang tangguh. saya perlu kekuatan fisik dan mental yang kuat. Namun semua terbayar dengan segala kelebihan yang saya miliki, 

Saya bisa mewawancarai sejumlah tokoh penting dengan leluasa karena saya punya akses sebagai seorang Jurnalis, bisa datang ke berbagai seminar besar, konser musik dengan gratis karena profesi saya untuk meliput berita.  

Saya harus dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat umum dengan cara tersendiri dan tidak ditemukan dalam profesi lainnya. Saya tidak hanya menyebarkan informasi, juga mengungkap informasi dan melakukan penelitian dan pengkajian yang membawa fakta baru. Sebuah karya jurnalis yang baik dapat bermanfaat bagi kepentingan umum. 

Saya seorang jurnalis dituntut untuk membongkar fakta dan mencari kebenaran, oleh karena itu meningkatkan komitmen dan kinerja sangat penting sekali bagi saya, untuk membangun sejuta kawan. (Rakiyah/Lilik)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama