MenaraToday.Com - Blitar :
Untuk mewujudkan pengawasan terhadap santriwan santriwati di Kabupaten Blitar, Ketua KONI Kabupaten Blitar merasa terpanggil untuk membantu pengawasan dilingkungan pondok pesantren agar terpantau 24 jam dengan merogoh kocek pribadi membantu membelikan CCTV yang sangat dibutuhkan untuk pengawasan santri.
Kepada wartawan Tonny Andreas menyampaikan, keprihatinan yang mendalam atas musibah yang terjadi menimpa salah satu santri di salah satu pondok hingga meninggal dunia.
"Kami sebagai umat beragama ada wujud kepedulian membantu mengadakan alat pantau CCTV yang ternyata sangat dibutuhkan pondok pesantren untuk mengawasi santriwan santriwati, agar ke depan tidak terjadi hal serupa, ini juga sesuai pesan Gus Iqdam karena CCTV sangat penting," ungkapnya
Dalam pertemuan dengan pengasuh pondok Ketua KONI Kabupaten Blitar sangat mendorong adanya perbaikan pada sistem pembinaan dan pengawasan di dalam lingkup pondok pesantren untuk menghindari buliying.
"Meski berbeda agama kami sangat dekat dengan tokoh agama seperti Gus Iqdam kami ingin membantu kesulitan yang dihadapi pondok, beda agama bukan penghalang bersama-sama membantu menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat, ya saya rasa demi kemanusiaan kami tergerak," tuturnya.
Masalah yang paling sering dihadapi soal pengawasan adalah, keterbatasan akan tenaga dan biaya, yang sering dialami banyak pondok pesantren. Pasalnya, mayoritas pesantren di Kabupaten Blitar, pondok tidak pernah memasang tarif dalam setiap penerimaan santri, hendaknya persoalan ini dapat diambil hikmahnya.
“Saya usul harus adanya CCTV, untuk mengawasi 24 jam. Tadi sempat dengar kalau untuk pemasangan CCTV gak ada dananya. Kalau begitu saya siap bantu untuk pengadaan dan pemasangan CCTV tersebut,” imbuhnya.
Yang terpenting adalah, bagaimana menjaga keamanan dan kenyamanan santri dalam nenempuh ilmu di pondok pesantren. Tony tak menghendaki kejadian yang sama terulang, yang nantinya akan berdampak buruk pada kepercayaan orang tua terhadap pondok pesantren.
“Dalam persoalan ini kita harus sama sama saling membantu, gotong royong, kami lebih terdorong dari rasa kemanusiaan, jika ada yang kurang, manusia punya keterbatasan, mari kita saling asah, asah asuh dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika NKRI harga mati, Ing Ngarso Sung Tuladha Tutwuri Handayani" pungkasnya (Nanik).