Mencuatnya Voice Note Kapus Carita Bernada Arogan "Bukan Hal Baru" Bagi Pegawai

MenaraToday.Com - Pandeglang : 

Sebuah voice note yang diduga berasal dari Kepala Puskesmas (Kapus) Carita, Hj. Tien Sulaisiah, S.ST, M.Kes, menjadi perbincangan hangat di kalangan jurnalis, masyarakat, hingga jajaran pemerintahan lokal. Rekaman suara yang berisi ucapan bernada kasar dan dinilai arogan itu menyebar cepat di grup-grup WhatsApp sejak beberapa hari terakhir. 

Namun, bagi para pegawai di Puskesmas Carita sendiri, isi voice note tersebut bukanlah hal mengejutkan. Salah satu staf mengaku, sikap keras dan kata-kata kasar dari pimpinan mereka justru sudah menjadi “makanan sehari-hari” sejak lama.

“Buat kita yang bertugas di Puskesmas Carita, udah gak aneh...memang begitu tabiatnya. Suka berkata kasar, mengintimidasi, selalu mengancam akan dipecat, apalagi ke TKS. Hampir tiap hari keluar kata-kata seperti go***k, to**l atau s***n,” ungkap seorang pegawai yang enggan disebutkan namanya. Senin (22/9/2025).

Tak hanya kepada bawahan, sambungnya, sikap temperamental Kapus Carita juga disebut sering muncul saat berhadapan dengan pihak luar. 

“Terus terang kami disini merasa tertekan dan tidak nyaman sebetulnya bekerja dibawah tabiat pemimpin seperti itu, banyak pegawai yang memutuskan pindah ke tempat lain saking gak kuatnya. Sikap arogannya bukan hanya ke kami saja. Kita sendiri gak paham kenapa bisa begitu,” tambah pegawai tersebut.

Dampaknya pun nyata, beberapa pegawai disebut sampai mengalami tekanan psikis hingga kesehatan mereka terganggu. 

“Ada yang cemas setiap kali ada voice note  dari Kapus, alasannya macam-macam, ada yg takut, ada yang malas berdebat, dan ada juga yang memilih demi kesehatan," ungkapnya. 

Sementara itu, ketika tim menaratoday menyambangi Puskesmas Carita untuk meminta klarifikasi sesuai yang disampaikan oleh Kapus via pesan singkat WA pada Sabtu sore (20/9/2025), ternyata Kepala Puskesmas sedang tidak berada di kantor atau tidak masuk. 

"Bu kepalanya gak ada dikantor, kayaknya gak masuk hari ini karena dari pagi tidak kelihatan biasanya tiap pagi apel beliau hadir, hari ini gak ada...mungkin lagi ada tugas luar, saya juga kurang tahu, nanti kalau ada saya sampaikan," ucap salah satu pegawai lainnya. 

Sebelumnya diberitakan, Ketua Relawan Kesehatan Masyarakat (RKM) Dede Hidayat juga angkat bicara. Ia menilai isi voice note Kapus Carita sangat mengecewakan, apalagi terkait pelayanan bagi pasien BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI).

“Seolah merendahkan masyarakat yang berhak mendapat layanan kesehatan. Padahal, banyak warga yang datang dengan penuh harapan dan dibantu kader maupun relawan,” kata Dede, Sabtu (20/9/2025).

Dalam rekaman yang beredar, terdengar ucapan yang ditujukan kepada relawan:

“Sistem Rujukan di Puskesmas Carita untuk Pasien PBI hanya bisa ke RSUD Aulia dan RSUD Berkah. Jika pasien ingin ke RS Alinda atau RSUD Labuan, tidak bisa. Jangan pura-pura bego, terutama relawan yang sok jadi pahlawan jangan pura-pura bego.”

Kasus voice note ini membuka kembali perbincangan tentang pentingnya etika kepemimpinan dalam pelayanan publik, khususnya di bidang kesehatan. Puskesmas yang sejatinya menjadi garda terdepan pelayanan dasar, justru tercoreng oleh gaya komunikasi yang dinilai tidak humanis.

Bagi sebagian pegawai dan warga Carita, rekaman suara itu mungkin hanyalah potongan kecil dari persoalan yang jauh lebih panjang. Namun bagi publik, kasus ini menjadi alarm keras bahwa pelayanan kesehatan tidak hanya soal obat dan fasilitas, tetapi juga sikap, empati, dan rasa hormat terhadap sesama. (ILA)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama