Tuntut Keterbukaan Dan Pengungkapan Kasus Tongkang, Ratusan Nelayan Teluk Geruduk Kantor KUUP Kelas III Labuan

MenaraToday.Com - Labuan : 

Suara toa dan teriakan orasi memecah keheningan Kamis pagi (25/9/2025) di halaman Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KUUP) Kelas III Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Ratusan nelayan Desa Teluk, Kecamatan Labuan, berbondong-bondong menggelar aksi damai. Mereka datang dengan satu tujuan: menuntut kejelasan kasus kecelakaan laut yang menimpa Kapal Motor (KM) Nanjung Sari pada 12 September lalu.

Insiden nahas itu menewaskan satu anak buah kapal (ABK), Casmito, yang ditemukan tak bernyawa di Pulau Sebesi, Lampung, setelah sempat hilang bersama kapal yang karam usai bertabrakan dengan tongkang misterius. Sementara empat ABK lainnya bersama nahkoda Suja’i berhasil selamat, meski harus menanggung trauma mendalam.

Namun, dua pekan berlalu, nelayan menilai kasus ini masih gelap. Identitas kapal tongkang yang diduga menabrak KM Nanjung Sari belum pernah diumumkan pihak Syahbandar maupun PLTU Banten Labuan 2, yang disebut-sebut terkait.

“Dalam aksi ini hanya satu tujuannya, minta pihak syahbandar untuk menjelaskan sejauh mana proses penyelidikan. Jangan ada yang ditutup-tutupi, ungkap tongkang mana yang sudah menabrak kapal Nanjung Sari,” tegas salah satu orator dari atas mobil komando, disambut sorakan nelayan lainnya.

Rastum, seorang nelayan yang ikut dalam aksi, menuturkan kekecewaan mendalam terhadap pemerintah. Menurutnya, nelayan telah lama berkontribusi melalui pajak, namun ketika musibah datang, perhatian negara seolah tak terlihat.

“Kami ini ikut membiayai negara, gaji pegawai Syahbandar juga dari pajak kami. Tapi saat ada musibah, kenapa kami dibiarkan? Bahkan untuk membawa jenazah Casmito pun, nelayan sendiri yang urus,” keluhnya.

Nada serupa disampaikan Ucu, orator aksi lainnya. Ia menegaskan, nelayan akan kembali menggelar demonstrasi dengan jumlah massa lebih besar bila tuntutan ini tak diindahkan. 

“Kami beri waktu lima hari. Kalau tak ada kejelasan, kami akan libatkan nelayan dari kecamatan lain,” ujarnya lantang.

Suja’i, nahkoda KM Nanjung Sari, masih mengingat jelas detik-detik kapal yang ia kemudikan karam diterjang tongkang. Ia mengaku kecewa, karena hingga kini tak ada satu pun pihak Syahbandar atau pemilik tongkang yang datang menyampaikan belasungkawa, apalagi memberi bantuan.

“Yang ada hanya telepon untuk laporan. Setelah itu, kami urus semua sendiri. Nelayan yang gotong jenazah Casmito dari Pulau Sebesi ke Labuan. Tak ada kepedulian sama sekali,” ungkap Suja’i dengan nada getir.

Di tengah gelombang protes itu, dukungan datang dari Dewan Pengurus Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPC HNSI) Pandeglang. Ketua DPC, Dede Widarso, menyatakan pihaknya berdiri bersama nelayan Teluk.

“Kami hadir untuk memberi dukungan penuh. Nelayan hanya ingin keadilan dan transparansi. Kasus ini jangan dibiarkan mengambang,” ucapnya saat berorasi di tengah massa.

Setelah menunggu lama di bawah terik matahari, para nelayan akhirnya ditemui Plt Kepala KUUP Kelas III Labuan, Muslim Makmur. Namun jawaban yang mereka terima jauh dari harapan.

“Proses baru sampai pada pengumpulan keterangan dari nelayan, belum lebih dari itu,” kata Muslim singkat, yang sontak memicu riuh kekecewaan massa aksi. (ILA)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama