Ibu Hamil dan Balita Terabaikan, Organisasi Kepemudaan Di Pandeglang Soroti Program MBG

MenaraToday.Com - Pandeglang :

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah dengan tujuan mulia — mencerdaskan generasi bangsa, mencegah stunting, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia kini menuai kritik dari sejumlah organisasi kepemudaan di Kabupaten Pandeglang. Realisasi program di lapangan dinilai tidak sejalan dengan semangat dan maksud awalnya.

Menurut Galih Artaminata Kusuma, S.Pd, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Labuan, pelaksanaan program MBG justru terkesan melenceng dari sasaran utama. Ia menilai, Badan Gizi Nasional (BGN) bersama tim Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang bertugas di setiap Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum mampu menjalankan program sesuai dengan tujuan awal.

“Faktanya di lapangan, para ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak balita atau kelompok B3 (Bumil, Busui, dan Balita) justru dibelakang kan. SPPG malah sibuk ngejar sekolah-sekolah dengan jumlah siswa banyak. Ini jelas melenceng dari tujuan utama program MBG,” ujar Galih. Rabu (8/10/2025).

Galih menilai, arah pelaksanaan yang lebih fokus pada sekolah-sekolah besar berpotensi mengaburkan esensi program.

“Saya bukan ahli gizi, tapi logika sederhana saja sudah tidak nyambung. Tujuan MBG kan jelas, harus dimulai dari masa kehamilan, ibu menyusui, sampai usia dini. Kalau yang dikejar malah sekolah yang banyak siswanya, berarti ada kepentingan lain, bukan semata demi pencegahan stunting,” tambahnya dengan nada kesal.

Senada dengan Galih, Bakhtiar Rahmat, S.H, Ketua Karang Taruna Kecamatan Labuan, turut mempertanyakan kebijakan distribusi MBG di wilayahnya. Ia meminta masyarakat menilai sendiri fakta di lapangan.

“Silakan buktikan. Di Kecamatan Labuan ini, banyak ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia dini yang tidak dapat jatah MBG. Sementara sekolah-sekolah dengan siswa banyak malah jadi rebutan SPPG,” ucap Bakhtiar.

Bakhtiar berharap, pemerintah pusat terutama Presiden Prabowo Subianto, mengetahui kondisi ini dan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG.

“Kami ingin program ini benar-benar menyentuh akar masalah. Kalau mau cegah stunting, perbaikan gizi itu harus dimulai sejak janin. Jangan sampai masyarakat Pandeglang, terutama Labuan, dianggap tidak paham atau dibodohi,” tegasnya.

Berdasarkan data yang dihimpun, per Senin (6/9/2025), jumlah balita usia 0–5 tahun di Kecamatan Labuan mencapai sekitar 4.100 jiwa, dengan 1.061 ibu hamil, termasuk yang mengalami indikasi Kurang Energi Kronis (KEK). Namun, distribusi program MBG dinilai belum proporsional terhadap kelompok rentan tersebut.

Program MBG sejatinya diharapkan menjadi langkah nyata pemerintah dalam membangun generasi sehat dan cerdas, dimulai dari pemenuhan gizi ibu hamil hingga anak usia dini. Namun, bila pelaksanaannya tidak tepat sasaran, cita-cita membangun generasi emas Indonesia bisa terancam tinggal slogan. (ILA)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama