MenaraToday.Com - Pandeglang :
Deru alat berat terdengar bersahutan di tepian Sungai Cegog, Desa Rancapinang, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Di tengah hamparan hijau dan aliran air sungai, pondasi jembatan baru mulai menampakkan bentuknya. Jembatan ini bukan sekadar infrastruktur ia adalah jembatan harapan bagi ribuan warga di wilayah ujung barat Kabupaten Pandeglang.
Pembangunan Jembatan Cegog kini tengah berlangsung secara permanen dengan konstruksi beton bertulang, menggantikan jembatan lama yang hanya berupa JPO (Jembatan Penyeberangan Orang). Proyek ini merupakan bagian dari Program Bang Andra Provinsi Banten, yang digagas untuk memperkuat konektivitas antarwilayah pedesaan.
Bupati Pandeglang Hj. Raden Dewi Setiani meninjau langsung proses pembangunan dan menegaskan bahwa pekerjaan struktur utama saat ini mengharuskan penutupan sementara akses jembatan.
“Pihak pelaksana dari Pemerintah Provinsi Banten memang tidak membangun jembatan sementara. Awalnya, kondisi sungai di lokasi ini berdebit kecil, bahkan ketinggian air hanya di bawah lutut, sehingga masih bisa dilalui warga maupun kendaraan ringan,” jelas Dewi.
Namun, cuaca tidak selalu bersahabat. Belakangan, debit air sungai meningkat di luar perkiraan, membuat warga harus menyeberang langsung melalui aliran sungai. Sebuah video sempat beredar memperlihatkan warga yang berjuang melintas di tengah air yang mulai meninggi.
“Kami sudah berkoordinasi dengan pihak Provinsi agar segera dilakukan langkah-langkah antisipatif di lapangan, terutama untuk memastikan keselamatan warga,” tutur Dewi.
“Kami juga mengimbau masyarakat agar berhati-hati dan bersabar sampai pembangunan jembatan ini selesai.”
Meski harus bersabar untuk beberapa waktu, warga setempat menaruh harapan besar pada pembangunan tersebut. Selama ini, Jembatan Cegog menjadi jalur vital yang menghubungkan warga Rancapinang dengan pusat kecamatan dan pasar tradisional di Cimanggu.
Dewi optimistis, setelah rampung nanti, jembatan ini akan menjadi urat nadi ekonomi dan sosial masyarakat.
“Pembangunan ini bukan hanya tentang beton dan baja, tapi tentang membuka peluang bagi masyarakat. Kami ingin warga Cimanggu punya akses yang lebih mudah, aman, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Di tengah guyuran hujan ringan sore tadi, para pekerja tetap melanjutkan pekerjaan mereka. Setiap ayunan palu, setiap adukan semen, adalah bagian dari mimpi panjang warga Pandeglang untuk memiliki jembatan yang kuat dan layak sebuah penghubung antara dua tepi, dan juga antara harapan dan kenyataan.
Sebelumnya diberitakan, di Kampung Cegog, Desa Rancapinang, Kecamatan Cimanggu, suara riuh anak-anak terdengar di tepi sungai. Tas sekolah mereka dibungkus plastik, sepatu dijinjing, dan sebagian masih tertawa kecil meski air sungai di hadapan mereka mengalir deras.
Tanpa ragu, satu per satu mereka mulai turun ke air. Ada yang berenang, ada pula yang berpegangan pada tangan teman atau seorang guru yang setia menuntun di tengah arus. Di seberang sana, jalan menuju sekolah masih panjang tapi semangat belajar mereka lebih besar dari derasnya sungai itu.
Fenomena ini terekam dalam sebuah video berdurasi 37 detik yang beredar di media sosial dan menuai keprihatinan publik. Dalam video tersebut tampak puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pandeglang harus mempertaruhkan keselamatan demi menuntut ilmu.
“Jembatan di sini dulu ada, tapi sudah hanyut waktu banjir besar tahun lalu,” tutur Wawan (63), warga setempat. (ILA)
