MenaraToday.Com - Pandeglang :
Aktivitas perdagangan di Pasar Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, dalam beberapa bulan terakhir tampak lesu. Kondisi ini bukan hanya berdampak pada pedagang, tetapi juga memengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang selama ini bersumber dari pengelolaan pasar tradisional tersebut.
Suarta Raharja, Mantri Pasar Labuan, mengungkapkan penurunan setoran dari PT Sinar Labuan Sejahtera (SLS) selaku pengelola Pasar Baru Labuan juga ikut terdampak. Jika biasanya PAD yang diterima mencapai Rp9 juta per bulan, kini angka tersebut turun menjadi sekitar Rp7 juta per bulan.
“Sejak beberapa bulan terakhir memang ada penurunan. Biasanya Rp9 juta, sekarang paling Rp7 juta per bulan,” jelas Suarta, Rabu (17/9/2025).
Menurutnya, kondisi pasar yang semakin sepi menjadi faktor utama menurunnya kontribusi PAD.
Tidak hanya pemerintah daerah, para pedagang pun ikut merasakan dampaknya. Asnah, pedagang sayuran, mengaku omzet yang biasanya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta per hari kini turun drastis.
“Biasanya saya sehari bisa dapat di atas Rp1 juta, sekarang mau dapat Rp500 ribu aja susahnya minta ampun,” keluh Asnah.
Asep, pedagang pakaian, juga mengungkapkan hal serupa. Ia mengatakan sulit menjual barang dagangannya, bahkan untuk sekadar melepas satu potong baju.
“Apalagi saya yang jualan baju, ngelarisin satu lembar aja luar biasa susah. Jangankan hari biasa, malam takbiran lebaran aja sepi. Mungkin sekarang orang-orang lebih tertarik belanja online,” ujar Asep dengan nada pasrah.
Fenomena sepinya pasar tradisional seperti Pasar Baru Labuan diduga erat kaitannya dengan perubahan kebiasaan masyarakat dalam berbelanja. Kehadiran platform belanja online yang menawarkan kemudahan, pilihan beragam, dan harga kompetitif membuat konsumen beralih dari pasar tradisional ke digital.
Bagi pedagang kecil, kondisi ini tentu menjadi tantangan berat. Selain harus bersaing dengan toko online, mereka juga menghadapi daya beli masyarakat yang cenderung menurun. (ILA)